Hal ini dikarenakan nilai ketinggian Matahari harus bernilai nol agar deklinasi Matahari juga bernilai nol.
Dengan kata lain, ekuiluks dapat terjadi ketika ekuinoks jika dan hanya jika Bumi (ataupun planet lainya) tidak memiliki atmosfer (sehingga tidak membuat ufuk tampak lebih rendah dari ufuk sejati karena pembiasan atmosfer), dan Matahari berukuran jauh lebih kecil dibandingkan saat ini secara visual (sehingga tidak memasukkan separo lebar sudut Matahari untuk penentuan waktu terbit/terbenam Matahari).
Ekuiluks hanya fenomena astronomis biasa, tidak berdampak apapun ke kehidupan manusia.
Meski demikian, secara praktis, langit akan mulai tampak terang ketika terjadi aram beberapa menit sebelum Matahari terbit (sebagai fajar) maupun beberapa menit setelah Matahari terbenam (sebagai senja).
Aram terjadi dikarenakan oleh pembiasan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi, sehingga saat Matahari terbenam, langit tidak seketika gelap dan menjelang Matahari terbit, langit tidak seketika terang.
Baca juga: Benarkah Cuaca Dingin Saat Ini Karena Fenomena Aphelion? Berkut Penjelasan LAPAN dan BMKG
39 Daerah di Indonesia mengalami Ekuiluks
Sebanyak 39 daerah di lima provinsi akan mengalami fenomena ekuiluks.
1. Tanjungselor (Kalimantan Utara): 27 Januari
2. Medan (Sumatera Utara): 10 Februari
3. Banda Aceh (NAD): 25 Februari
4. Subulussalam (NAD): 20 Januari
5. Sidikalang (Sumatera Utara): 24 Januari
6. Pulau Subi (Kep. Riau): 28 Januari
7. Pematangsiantar (Sumatera Utara): 29 Januari