Mereka juga menegaskan bahwa exoplanet WASP-121b tidak layak huni, sebab suhunya yang sangat panas dan esktrem.
"Sangat menarik untuk mempelajari planet seperti WASP-121 b yang sangat berbeda dengan yang ada di Tata Surya kita, karena memungkinkan kami untuk melihat bagaimana atmosfer dalam kondisi ekstrem," ucap penulis studi dari The Open University di Inggris, Joanna Barstow.
Baca juga: Fenomena Geiser di Bumi dan Tata Surya, Di Yellostone Tak Setinggi di Bulannya Planet Saturnus
Kemudian, tim juga menghitung kecepatan angin di planet ini melebihi 11.000 mil per jam.
Dengan informasi tersebut, mereka memodelkan jenis bahan kimia dan molekul lain yang mungkin terkandung di atmosfer WASP-121b.
Saat angin mencapai sisi malam, maka suhu di planet cukup dingin yang dapat membentuk awan logam dari besi serta korundum, mineral yang umumnya ditemukan di batu rubi dan safir Bumi.
Para peneliti mengatakan, awan logam yang dimiliki planet ekstrasurya WASP-121b diperkirakan terdorong ke sisi siang hari karena logam menguap menjadi gas.
Kemudian, sebelum awan keluar dari sisi malam pelepasan hujan permata cair pun bisa terjadi di planet raksasa WASP-121b ini.
"Meskipun penemuan ribuan exoplanet, kami hanya dapat mempelajari atmosfer sebagian kecil karena sifat pengamatan yang menantang," ungkap Mikal-Evans. (Zintan Prihatini)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Planet Raksasa WASP-121b Diduga Memiliki Hujan Permata Cair, Studi Jelaskan"