Pada manusia, beberapa prekursor kolesterol beracun pada tingkat tinggi. Oleh karena itu, kelainan genetik yang meningkatkan metabolisme kolesterol dapat mengakibatkan masalah perkembangan dan perilaku yang serius.
Termasuk cedera diri berulang dan gangguan makan. Kasus yang parah, bahkan bisa mengancam nyawa.
Gejala aneh itu mengingat pada perilaku gurita betina di hari-hari terakhir mereka dan membuat peneliti menyadari sesuatu, mengenai organ gurita yang sebelumnya tak terlalu diperhatikan.
Organ tersebut adalah kelenjar optik. Organ itu mirip dengan organ hipofisis pada manusia.
Organ tersebut terdapat di antara mata gurita dan terkait dengan perkembangan seksual dan penuaan pada hewan itu.
Dalam studi baru ini, peneliti kemudian menemukan, setelah kawin kelenjar optik benar-benar mengeluarkan hormon seperti insulin dan prekursor kolesterol.
Ketiga molekul pada akhirnya berkontribusi pada sinyal pensinyalan yang memicu kematian.
Atau kemungkinan lain adalah molekul-molekul tersebut berakumulasi di dalam tubuh gurita yang kemudian membuatnya menjadi mematikan.
Di masa depan, Wang dan rekan-rekannya berharap dapat meneliti lebih detail lagi molekul lain apa yang berpengaruh pada kematian gurita. Studi ini dipublikasikan di Current Biology. (Kontributor Sains, Monika Novena/Bestari Kumala Dewi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gurita Hancurkan Dirinya Sendiri Setelah Kawin, Mengapa Begitu?"