News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gempa di Sulteng

Kepala BMKG Diminta Mundur Anthon, Inilah 9 Fakta Tentang Dwikorita: Teman Akrab Menteri Susi

Penulis: Sri Juliati
Editor: Suut Amdani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Senin (29/1/2018).

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati diminta mundur dari jabatannya.

Orang nomor satu di BMKG itu dianggap paling bertanggung jawab terhadap banyaknya korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

Ia dianggap, kelalaian yang dilakukan BMKG dalam mendeteksi bencana dianggap sebagai satu kesalahan.

Permintaan Dwikorita agar mundur dari BMKG ini dilontarkan anggota Komisi V DPR RI, Anthon Sihombing setelah rapat dengar pendapat (RDP) Komisi V DPR RI.

Baca: Kepala BMKG Diminta Mundur karena Dianggap Lalai dalam Deteksi Bencana

“Saya dengan tegas meminta agar Kepala BMKG lebih terhormat kalau mengundurkan diri," ujar legislator dapil Sumatera Utara III itu.

Selain itu, pernyataan yang diberikan kepada media juga sangat normatif, sehingga membuat informasi menjadi simpang siur.

Lantas, seperti apa sosok Dwikorita Karnawati?

Bagi civitas akademika UGM, sosok Dwikorita Karnawati tentu tak asing karena ia pernah menjabat sebagai rektor UGM masa bakti 2014 – 2017.

Setelah menjadi Rektor UGM, Dwikorita Karnawati yang merupakan pakar dan pengamat masalah kerentanan tanah akibat bahaya gempa bumi, dilantik menjadi Kepala BMKG, pada 3 November 2017.

Ia dilantik Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menggantikan Plt Kepala BMKG, Dr Widada Sulistya, DEA.

Selain memiliki banyak prestasi di kariernya, ada sejumlah fakta menarik tentang wanita kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1964 itu.

Berikut sembilan fakta menarik Dwikorita, sebagaimana dilansir Tribunnews.com dari berbagai sumber.

1. Rektor Perempuan Pertama UGM

Dwikorita adalah rektor perempuan pertama di UGM.

Ia menggantikan Pratikno, yang kala itu terpilih menjadi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) dalam Kabinet Kerja Jokowi.

Namun pada pemilihan rektor selanjutnya, Dwikorita tidak terpilih.

Sebelum menjadi Rektor UGM, Dwikorita pernah menjabat sebagai Wakil Rektor (Warek) Bidang Kerja Sama dan Alumni.

2. Teman Akrab Menteri Susi Pudjiastuti

Saat belajar di SMA N 1 Yogyakarta, rupanya Dwikorita adalah teman akrab Menteri Susi.

Bahkan keduanya duduk di satu bangku dan Dwikorita kerap bermain ke kos-kosan Menteri Kelautan dan Perikanan itu.

Dwikorita mengaku sangat kagum dengan kejeniusan Susi karena di usia 16 tahun, wanita asal Pangandaran itu gemar membaca buku berbahasa Inggris dan lintas bidang, mulai dari dari filsafat sampai politik.

3. Sempat Ingin Jadi Guru TK

Saat kecil, Dwikorita pernah ingin menjadi guru TK.

Namun pandangannya mulai berubah seiring berjalannya waktu.

Ketika SD dan SMP, Dwikorita aktif di kegiatan Pramuka yang sering melakukan kegiatan yang berhubungan dengan alam, gunung, sungai, batu dan sebagainya.

Ditambah lagi, beberapa saudaranya belajar ilmu geologi.

Mereka sering pulang membawa batu untuk diteliti, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu Dwikorita.

Tahun 1970-an, orang-orang yang bekerja di perminyakan dengan gaji besar juga cukup menyita perhatian.

Rita akhirnya memilih jurusan Teknik Geologi di UGM saat dan lulus tahun 1988.

Ia lalu melanjutkan S-2 dan S-3 di jurusan yang sama, di Leeds University Inggris.

4. Meraih Penghargaan Leverhulme Professorship Award

Pada Maret 2003, Rita meraih penghargaan Leverhulme Professorship Award, setelah meneliti manajemen bencana alam longsor di Institute for Advance Study Bristol University, Inggris.

Ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang memperoleh kesempatan itu.

5. Pernah Ditawari Kerja di Perusahaan Minyak dengan Gaji Besar

Di akhir kuliah S-1 Teknik Geologi UGM, Rita pernah merasa galau dengan langkah yang ingin diambil ke depannya.

Kala itu, ia ditawari pekerjaan di perusahaan perminyakan dengan gaji besar.

Namun akhirnya, ia lebih memilih untuk mengajar di almamaternya.

6. Ibu Dua Anak

Rita menikah dengan Sigit Priyanto pada 1989.

Dari pernikahan itu, Rita dikaruniai seorang putra bernama Amiluhur, dan seorang putri, Umayra Priyanto.

Saat ini, Rita telah memiliki seorang cucu yang diberi nama Naomi.

7. Pakar Masalah Kerentanan Tanah Akibat Bahaya Gempa Bumi

Rita adalah pakar dan pengamat masalah kerentanan tanah akibat bahaya gempa bumi.

Satu penelitiannya yakni membuat zona atau peta daerah Bantul, yang rawan terhadap gempa bumi setelah gempa besar pada 27 Mei 2006.

Ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik UGM, bersama sang suami Sigit Priyanto.

8. Pernah jadi Moderator Debat Cawapres 2014

DEBAT CAWAPRES - Kandidat wakil presiden no I, Hatta Rajasa dan Kandidat Wakil Presiden no2, Jusuf Kalla dalam debat dengan mederator Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada Bidang Kerja Sama, Dwikorita Karnawati. dengan tema'Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)` di hotel Bidakara, Pncoran, Jakarta Selatan, Minggu(29/6/2014) Selain memaparkan visi misi, keduanya bakal adu gagasan dan argumentasi di panggung Debat - (Warta Kota/henry lopulalan)

Pada masa debat Pilpres 2014, Dwikorita rupanya pernah menjadi moderator debat keempat kandidat Pilpres 2014 yang diikuti calon wakil presiden.

Saat itu, Dwikorita masih menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dwikorita terpilih dari tujuh nomine yang sudah ditetapkan sebelumnya.

9. Diminta Mundur dari Jabatannya sebagai Kepala BMKG

Terbaru, Dwikorita diminta dari jabatannya sebagai Kepala BMKG oleh anggota Komisi V DPR RI, Anthon Sihombing setelah rapat dengar pendapat (RDP) Komisi V DPR RI dengan BMKG.

Dwikorita dianggap tak layak lagi memimpin BMKG karena dianggap paling bertanggung jawab terhadap banyaknya korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI ini menyebut kelalaian yang dilakukan BMKG dalam mendeteksi bencana dianggap sebagai kesalahan fatal.

Selain itu, pernyataan yang diberikan kepada media juga sangat normatif, sehingga membuat informasi menjadi simpang siur.

“Saya dengan tegas meminta agar Kepala BMKG lebih terhormat kalau mengundurkan diri."

"Di samping itu juga, statement-statement yang diberikan dilontarkan oleh Kepala BMKG ini sangat simpang siur atau sangat berlainan dengan realita."

"Padahal sebagai pemimpin, seharusnya dia dapat melaporkan kondisi yang sejelas-jelasnya,” jelasnya ketika ditemui Parlementaria di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (03/10/2018).

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini