"Dulu memang sudah ada (spot foto kekinian, red), cuma sekarang lebih banyak," ujarnya.
Selain banyaknya spot foto instagenic, ada alasan lain yang membuatnya kembali berkunjung ke Bukit Grenden.
"Yang pasti keindahan alamnya, terus keramahan warganya. Pas waktu pertama kali ke sini, malah sempat diajak makan di rumah Pak Dukuh (Kepala Dusun, red)," lanjutnya.
Ya, keramahan warga memang menjadi nilai plus tersendiri sekaligus kunci penting pengembangan Wisata Alam Grenden.
Pengurus tempat wisata, Teguh Haryanto menjelaskan, pihaknya selalu mengedepankan keramahtamahan pada pengunjung agar mendapatkan kesan baik.
"Jangan sampai, kunjungan wisatawan ke sini malah menimbulkan kesan buruk sehingga mereka enggan kembali," katanya.
Spot Swafoto yang Instagramable
Lebih lanjut Teguh mengungkapkan, bukan hal mudah bagi dirinya dan sejumlah pengurus lain saat kali pertama membuka Wisata Alam Grenden.
Ada pro dan kontra yang datang.
Ide pembukaan kawasan wisata lereng ini berawal dari keinginan warga yang ingin ikut menjaga kelestarian di sekitar lereng Gunung Merbabu dan wujud semangat kegotongroyongan.
Sekaligus diharapkan bisa menambah pemasukan sehingga memperbaiki taraf perekonomian warga Dusun Grenden yang sebagian besar mengandalkan dari hasil pertanian.
"Awal mulanya, kami di sini ngadangi (menghadang, red) orang bawa engine (mesin, red). Per motor kena Rp 5 ribu untuk perawatan jalan," katanya.
Tak lama, seorang warga bernama Eko mengusulkan agar hutan pinus di Bukit Grenden, Dusun Grenden dibuka menjadi tempat wisata.
Gayung bersambut.