Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada 19 September 1945 mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan Pemerintah RI daerah Surabaya.
Bendera Belanda dikibarkan di Hotel Yamato, pada sisi sebelah utara.
Keesokan harinya, rakyat Surabaya marah. Mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang berkobar do Surabaya.
Baca: Peringatan Hari Pahlawan, Generasi Milenial Didorong untuk Lebih Berperan
4. Perundingan yang Rumit dan Menegangkan
Residen Sudirman, pejuang dan diplomat yang menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan), yang masih diakui pemerintahan Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai residen Daerah Surabaya Pemerintahan RI.
Sebagai perwakilan RI, dia berunding dengan Mr. Ploegman, dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan daru tiang yang berada di Hotel Yamato.
Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda, dan meonolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
Perundingan berlangsung memanas dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan.
Ploegman tewas dalam pertikaian tersebut, sementara Sudirman dan Haryono melarikan diri keluar Hotel Yamoto.
5. Keberanian dan Aksi Nekat Para Pemuda
Haryono yang sebelumnya keluar, masuk kembali bersama Kusno Wibowo dan beberapa pemuda lainnya untuk menurunkan bendera Belanda.
6.Perang 27 Oktober 2018
Pada tanggal 27 Oktober 1945 terjadilah pertempuran pertama antara Indonesia melawan terntara AFNEI.
Pertempuran itu memakan banyak korban dari pihak Indonesia maupun Inggris.