TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan, kabar akan adanya gempa besar akibat letusan Gunung Anak Krakatau (GAK), hoax alias kabar bohong.
Hal ini bermula dari beredarnya rekaman suara berdurasi sekitar 1 menit 34 detik di media sosial.
Rekaman itu menyebutkan, menurut BMKG akan terjadi letusan Gunung Anak Krakatau.
Letusan tersebut akan menghasilkan gempa dengan skala 8 SR di wilayah Lampung, dalam waktu dekat.
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Sudah 3 Kali Gempa Melanda Wilayah Indonesia, Dini Hari Hingga Siang Ini
Baca: Gunung Anak Krakatau Erupsi Lagi, Sebaran Abu Vulkanik Mengarah ke Timur-Timur Laut dan Barat Daya
Baca: Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi Selama 2 Menit Hari Ini, Tinggi Kolom 2.000 Meter
Rekaman tersebut membuat banyak orang resah hingga tak sedikit yang bertanya langsung pada BMKG.
Lewat akun Instagram resmi, @infobmkg memastikan, informasi tersebut adalah hoax alias kabar bohong!
Lebih lanjut dijelaskan, BMKG tidak pernah memberikan pernyataan tersebut.
BMKG juga mengimbau, bila ada masyarakat yang mendapat broadcast rekaman suara itu, diminta untuk tidak menyebarluarkan.
Bahkan bila perlu langsung dihapus agar tak kembali membuat masyarakat resah.
BMKG kembali menegaskan, hingga saat ini, gempa bumi belum bisa diprediksi secara valid.
Sehingga siapa saja yang mendapat edaran informasi terkait prediksi gempa dengan ciri-ciri menyebutkan waktu kejadian secara detail hingga jam, menit, detik, disertai besar kekuatan gempa, dipastikan itu adalah berita bohong alias hoax!
"Terutama terkait aktivitas gunung api pantau informasi resmi dari PVMBG dan Badan Geologi melalui aplikasi MAGMA Indonesia."
"Serta ikuti terus perkembangan berita cuaca, gempabumi, iklim dan lain-lain melalui aplikasi InfoBMKG," tulis akun BMKG.
Waspada Tsunami Susulan
Sementara itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat agar waspada adanya tsunami susulan setelah temukan retakan baru di Gunung Anak Krakatau (GAK).
Menurut Dwikorita, retakan muncul setelah Gunung Anak Krakatau mengalami penyusutan.
Gunung Anak Krakatau yang sebelumnya setinggi 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menyusut menjadi 110 mdpl.
Mengutip dari Kompas.com, informasi tersebut disampaikan Dwikorita di Posko Terpadu Tsunami Selat Sunda, Labuan, Kabupaten Pandeglang, Selasa (1/1/2019).
"Pantauan terbaru kami lewat udara, gunung sudah landai, asap mengepul dari bawah air laut."
"Tapi di badan gunung yang tersisa di permukaan, ada celah yang mengepul terus mengeluarkan asap, celah itu pastinya dalam, bukan celah biasa," kata Dwikorita, mengutip sumber yang sama.
Dwikorita menyebutkan terjadi retakan baru dalam satu garis lurus di satu sisi badan Gunung Anak Krakatau yang diduga akibat getaran tinggi saat terjadi erupsi.
Adanya retakan tersebut dikhawatirkan kembali menyebabkan longsor yang dapat berdampak tsunami.
"Yang kami khawatirkan di bawah laut curam, di atas landai. Jika retakan tersambung, lalu ada getaran, ini bisa terdorong, dan bisa roboh (longsor)," ujar dia.
Bagian badan gunung yang diduga akan longsor karena retakan tersebut, bervolume 67 juta kubik dengan panjang sekitar 1 kilometer.
Volume tersebut lebih kecil dari longsoran yang menyebabkan tsunami pada 22 Desember 2018 lalu, yakni sekitar 90 juta kibik.
"Jika ada potensi tsunami, tentu harapannya tidak seperti yang kemarin, namun kami meminta masyarakat untuk waspada saat berada di zona 500 meter di sekitar pantai," kata dia.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)