TRIBUNNEWS.COM - Hingga saat ini, Rabu (23/1/2019), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat banjir di Sulawesi Selatan menyebakan delapan orang meninggal dunia.
Selain itu, banjir di Sulawesi Selatan juga menyebabkan 4 orang hilang, ribuan rumah terendam banjir, ribuan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman, dan 10.021 hektar sawah terendam banjir.
Dikutip dari siaran pers BNPB di akun instagram BNPB, Rabu (23/1/2019), hujan berintensitas tinggi disertai angin kencang dan gelombang pasang telah menyebabkan sungai-sungai meluap sehingga banjir di wilayah Sulawesi Selatan.
Data sementara tercatat 53 kecamatan di 9 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami banjir yaitu di Kabupaten Jeneponto, Gowa, Maros, Soppeng, Barru, Wajo, Bantaeng, Pangkep dan Kota Makassar.
Baca: PSM Makassar Berikan Simpati Kepada Korban Banjir di Sulawesi Selatan
Korban meninggal dunia ditemukan di Jeneponto 5 orang dan Gowa 3 orang, sedangkan korban hilang terdapat di Jeneponto 3 orang dan Pangkep 1 orang.
Hingga 23/1/2019 pukul 14.00 WIB banjir masih banyak melanda di daerah.
Penanganan darurat dan pendataan masih terus dilakukan sehingga update data akan berubah.
Latihan Soal & Jawaban PKN Kelas 1 SD Bab 2 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Aku Anak yang Patuh Aturan
15 Latihan Soal Bahasa Indonesia Kelas 4 SD BAB 3 Kurikulum Merdeka dan Kunci Jawaban, Lihat Sekitar
Di Kabupaten Jeneponto, banjir melanda 21 desa di 10 kecamatan yaitu Kecamatan Arung Keke, Bangkala, Bangkala Barat, Batang, Binamu, Tamalatea, Tarowang, Kelara, dan Turatea dengan tinggi banjir 50 – 200 centimenter.
Banjir akibat hujan deras sehingga sungai-sungai meluap, diantaranya Sungai Topa, Allu, Bululoe, Tamanroya, Kanawaya, dan Tarowang.
Dampak yang ditimbulkan adalah 5 orang meninggal dunia, 3 orang hilang, 5 rumah hanyut, 51 rumah rusak berat, ribuan warga mengungsi dan ribuan rumah terendam banjir.
Evakuasi, pencarian, penyelamatan dan distribusi bantuan masih terus dilakukan.
Banyak warga yang mengungsi sementara di atap rumah sambil menunggu dievakuasi.
Tim SAR gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, relawan dan lainnya melakukan penanganan darurat.
Di Kota Makassar, banjir melanda 14 kecamatan yaitu Kecamatan Biringkanaya, Bontoloa, Kampung Sangkarang, Makassar, Mamajang, Manggala, Mariso, Pankkukang, Rampocini, Tallo, Tamalanrea, Tamalate, Ujung Pandang, dan Ujung Tanah.
Sekitar 1.000 jiwa warga mengungsi.
Baca: BNPB: Korban Banjir di Sulawesi Selatan Memerlukan Bantuan Makanan
Banjir juga disebabkan hujan deras kemudian sungai-sungai yang bermuara di Kota Makassar meluap.
Di Kabupaten Gowa, banjir melalanda 7 kecamatan yaitu Somba Opu, Bontomanannu, Pattalasang, Parangloe, Palangga, Tombolonggo, dan Manuju.
Sekain hujan deras, banjir juga disebabkan dibukanya pintu Waduk Bili-Bili karena terus meningkat volume air di waduk sehingga untuk mengamankan waduk maka debit aliran keluar dari Waduk Bili-Bili ditingkatkan.
Tercatat 3 orang meninggal dunia, 45 orang luka-luka, 2.121 orang mengungsi yang tersebar di 13 titik pengungsian, lebih dari 500 unit rumah terendam banjir setinggi 50 – 200 centimeter ddari dampak banjir di Gowa.
Banjir juga menyebabkan 2 jembatan rusak berat sehingga tidak dapat digunakan yaitu jembatan Jenelata di Desa Moncong Loe Kecamatan Manuju dan jembatan di Dusun Limoa Desa Patalikang Kecamatan Manuju.
Hujan deras juga memicu longsor di beberapa tempat sehingga menutup jalan dan merusak beberapa rumah.
Sementara itu banjir di Kabupaten Marros melanda 11 kecamatan.
Lebih dari 1.400 orang mengungsi.
Pendataan masih dilakukan.
Listrik padam sehingga komunikasi juga putus.
Posko BNPB terus berkoordinasi dengan Pusdalops BPBD.
Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi BPBD.
Penanganan darurat masih terus dilakukan oleh tim gabungan.
BPBD bersama , TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, relawan dan lainnya melakukan penanganan darurat.
Perahu karet dan bantuan permakanan untuk pengungsi masih diperlukan.
Korban hilang masih dilakukan pencarian.
Kondisi hujan yang masih berlangsung dan luasnya wilayah yang terkena banjir cukup menyulitkan dalam penanganan.
Hujan ekstrem yang turun sejak 22/1/2019 di beberapa wilayah Sulawesi Selatan menyebabkan banjir.
Tercatat di beberapa stasiun penakar hujan milik Kementerian PU Pera dan BMKG mencatat di Pos 1 Bawangkaraeng 308 milimeter per hari, Lengkese 329 milimeter per hari, KD-1 234 milimeter per hari, Limbungan 328 milimeter per hari, dan Bili-Bili 88 milimeter per hari.
Intensitas curah hujan setebal ini tergolong ekstrem sehingga kondisi permukaan tanah tidak mampu menampung semuanya dan sungai juga tidak mampu mengatuskan aliran permukaan, akibatnya banjir.
Baca: 2.121 Warga Gowa Mengungsi Akibat Banjir dan Tanah Longsor
Saat ini debit dan volume Waduk Bili-Bili terus menurun.
Hingga 23/1/2019 pukul 14.00 WIB, tinggi muka air Waduk Bili-Bili sudah mulai ada penurunan menjadi 100,64 meter, volume waduk 277,55 juta meter kubik, dan inflow sekitar 927,77 meter kubik per detik.
Meskipun masih dalam batas Siaga namun kondisinya terus mengalami penurunan.
Pemerintah daerah dan masyarakat dihimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan menghadapi banjir dan tanah longsor.
BMKG telah menyebarkan peringatan dini hujan lebat selama 23 – 30 Januari 2019.
Sebagian besar wilayah Indonesia puncak hujan berlangsung selama Januari hingga Februari 2019.
Secara statitisk dari data kejadian bencana selama 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa selama bulan Januari dan Februari adalah puncak dari kejadian bencana hidrometeorologi yaitu banjir, longsor dan puting beliung. (Tribunnews.com/Daryono)