Selain itu, Liliyana juga tampil cukup baik ketika turun di nomor ganda putri. Ia yang berpasangan dengan Vita Marissa, mampu meraih emas SEA Games 2007, juara China Masters Super Series 2007dan Indonesia Open Super Series 2008.
Di Olimpiade Beijing 2008, Nova/Butet meraih medali perak setelah kalah 11-21, 17-21 dari pasangan Korea, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung di babak final.
Tahun 2009, Nova/Butet meraih prestasi sebagai juara Malaysia Open SS 2009, French Open SS 2009, medali emas SEA Games 2009 dan runner up Kejuaraan Dunia 2009.
Kemudian, pelatih ganda campuran Pelatnas memasangkan Butet dengan pemain lebih muda.
Pemain asal klub PB Djarum Tontowi Ahmad terpilih sebagai pasangan Butet.
Uji coba dengan Tontowi Ahmad di Macau Open GPG 2010, langsung menjadi juara.
Bersama pemain yang akrab dipanggil Owi ini, prestasi Butet makin mentereng.
Ia meraih gelar juara All England tahun 2012 setelah di final mengalahkan pasangan Denmark Thomas Laybourn/Kamilla Ryhter Juhl, 21-17 dan 21-19.
Ini merupakan penantian selama 33 tahun bagi ganda campuran Indonesia setelah terakhir gelar juara dipersembahkan Christian Hadinata/Imelda Wiguna pada tahun 1979.
Sedangkan secara umum, hasil ini juga menghapus puasa gelar bagi tim Indonesia selama 9 tahun setelah sebelumnya pasangan ganda putra Sigit Budiarto/Candra Wijaya menjadi juara tahun 2003.
Owi/Butet mampu mempertahankan gelar All England di tahun 2013 dengan mengalahkan lawan yang kuat dari China Zhang Nan/Zhao Yunlei di final, 21-13 dan 21-17.
Owi/Butet berhasil menjadi juara tahun 2013 di Guangzhou, China.
Mereka mengalahkan dua pasangan tuan rumah yang sangat diunggulkan, Zhang Nan/Zhao Yunlei 15-21, 21-18, 21-13 di semifinal dan Xu Chen/Ma Jin 21-13, 16-21, 22-20 di final.
Tahun 2014, Butet memutuskan untuk masuk klub PB Djarum, menyusul pasangannya Owi yang lebih dahulu menjadi atlet binaan PB Djarum.
Setelah bersama PB Djarum Owi/Butet membuat prestasi-prestasi besar lainnya.
Owi/Butet mencetak hattrick di All England setelah kembali menjadi juara tahun 2014 dengan mengalahkan lawan yang sama Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Uniknya skornya pun sama seperti tahun sebelumnya yakni, 21-13 dan 21-17.
Namun Owi/Butet tidak berhasil meraih medali di Olimpiade London 2012.
Kekecewaan tersebut berhasil mereka tebus empat tahun kemudian di Rio de Janeiro, Brazil. M
ereka mengembalikan tradisi medali emas bulutangkis Indonesia setelah mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) di final dengan skor, 21-14 dan 21-12.
Ditengah deraan cedera lutut, Butet masih mampu meraih gelar juara di tahun 2017.
Owi/Butet meraih gelar juara Indonesia Open Super Series Premier 2017 di JCC Senayan, Jakarta.
Owi/Butet mengalahkan pasangan China, Zheng Siwei/Chen Qingchen, 22-20, 21-15.
Owi/Butet bahkan berhasil meraih juara dunia untuk kedua kalinya atau keempat kali untuk seorang Butet.
Di final Kejuaraan Dunia 2017 di Glasgow, Skotlandia, Owi/Butet berhasil mengalahkan pasangan China, Zheng Siwei/Chen Qingchen, 15-21, 21-16, 21-15.
Lalu, Owi/Butet sukses menambah satu gelar superseries di French Open 2017.
Owi/Butet memang sudah mampu meraih juara Indonesia Open di tahun 2017.
Namun saat itu pertandingan tidak dilaksanakan di Istora seperti biasanya sehingga ada stigma mereka tidak mampu juara Indonesia Open di Istora.
Namun Owi/Butet berhasil menghapusnya dengan menjadi juara Indonesia Open Super 1000 tahun 2018 yang dilaksanakan di Istora, Senayan, Jakarta.
Baca: 4 Fakta Persib Bandung Hadapi Persiwa, Misteri Nomor Punggung Vizcarra hingga Penampilan Beckham
(Tribunnews.com/Daryono)