News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Aktivitas Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi Senin Siang, Tinggi Kolom Abu 500 Meter di Atas Puncak

Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PVMBG informasikan Gunung Anak Krakatu kembali mengalami erupsi, Senin (18/2/2019) siang. Tinggi kolom abu teramati 500 meter di atas puncak.

TRIBUNNEWS.COM - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) informasikan Gunung Anak Krakatu kembali mengalami erupsi.

Gunung Anak Krakatau yang terletak di Lampung kembali erupsi Senin (19/2/2019) pukul 14.02 WIB.

Tinggi kolom abu teramati lebih kurang 500 meter di atas puncak atau 610 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah selatan dan barat daya.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi lebih kurang 2 menit 28 detik.

Tidak terdengar suara dentuman saat Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi.

Baca: Update Gunung Anak Krakatau: Terjadi Gempa Tremor Menerus,

Berdasarkan laporan aktivitas terkini Gunung Anak Krakatau periode 17 - 18 Februari 2019 pukul 06.00, gunung terlihat jelas tetapi asap kawan tidak teramati.

Selama periode itu, Gunung Anak Krakatau mengalami 14 kali gempa vulkanik dalam.

Selain itu, aktivitas kegempaan lain yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau adalah gempa tremor menerus.

Baca: Gunung Anak Krakatau Alami Gempa Tremor Menerus

Gunung Anak Krakatau kini berada pada status siaga atau level III dengan radius bahaya 5 km.

Atas kondisi tersebut, PVMBG memberikan beberapa rekomendasi, di antaramya:

1. Masyarakat dan wisatawan tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam raidus 5 km dari kawah, yaitu di dalam kompleks Gunung Krakatau yang dibatasi oleh Pulau Rakata, Pulau Sertung dan Pulau Panjang.

2. Masyarakat/wisatawan agar menyiapkan masker untuk mengantisipasi jika terjadi hujan abu.

 Sebelumnya, Gunung Anak Krakatau telah mengalami erupsi, Kamis (14/2/2019) dinihari pukul 00:26 WIB.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 26 mm dan durasi lebih kurang 2 menit 26 detik.

Namun, tinggi kolom abu tidak teramati karena gunung tertutup kabut.

Berdasarkan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau per 13-14 Februari 2019 pukul 06.00 WIB, beberapa aktivitas kegempaan terjadi.

Di antaranya 19 kali gempa vulkanik dalam (VA), satu kali gempa hembusan, gempa tremor, gempa letusan dan tremor menerus.

Baca: Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi Kamis Dini Hari, Erupsi Berlangsung selama 2 Menit 26 Detik

 

Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat 4 Kali Gempa Bumi Landa Sejumlah Wilayah Indonesia hingga Siang Ini

Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Gempa Bumi Landa Halmahera Maluku dengan Kekuatan 5.2 Magnitudo

Baca: Gempa Hari Ini - Halmahera Selatan Diguncang Gempa Besar, Tidak Berpotensi Tsunami

Baca: Gempa 4,0 SR di Mamasa, Murid SD dan Pegawai Berhamburan ke Luar Ruangan

Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Gempa Bumi Landa Kolaka, Sulawesi Tenggara

Sabtu (16/2/2019) pagi, tercatat gempa tremor menerus dengan amplitudo 1-10 mm (dominan 1 mm).

"Juga tercatat ada gempa vulkanik dalam sebanyak 2 kali dengan amplitudo 13 mm, S-P: 1,1 - 1,3 detik dan durasi 7 - 8 detik," kata Suwarno, petugas pos pantau Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Sedangkan pada malam tercatat ada gempa vulkanik dalam sebanyak 60 kali dengan amplitudo 10-17 mm, S-P : 0,5 - 8 detik dan durasi 0,4 - 12 detik.

Juga tercatat adanya gempa non harmonik 1 kali dengan amplitudo 16 mm dan durasi 165 detik.

Suwarno mengatakan adanya gempa tremor menerus (mikrotremor) kemungkinan karena terbukanya celah energi yang mendorong ke atas.

Tetapi untuk pemantauan secara visual ke Gunung Anak Krakatau terhalang kabut, sehingga tidak teramati adanya asap kawah.

"Gunung tidak bisa terlihat karena tertutup kabut dan mendung. Sehingga tidak teramati apakah ada asap kawah," terang Suwarno.

Gunung Anak Krakatau  pada akhir tahun 2018 lalu mengalami erupsi besar yang memicu terjadinya tsunami selat Sunda pada 22 Desember yang meluluhlantahkan pesisir Lampung Selatan dan Banten.

Pasca mengalami erupsi besar,Gunung Anak Krakatau mengalami perubahan bentuk fisik.

Saat ini ketinggian gunung api yang tumbuh kembali di kaldera induknya yang meletus pada 1883 silam itu tinggal 110 mdpl (meter dari permukaan laut).

Sebelum erupsi besar, ketinggian Gunung Anak Krakatau mencapai 338 mdpl.

Erupsi besar yang membuat sebagian besar badan gunung longsor ke laut inilah yang menjadi pemicu terjadinya tsunami selat Sunda pada 22 Desember 2018 lalu.

Baca: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Besok, Selasa 19 Februari 2019: Jambi Waspada Hujan Petir di Malam Hari

Baca: Prakiraan Cuaca Jakarta, Selasa 19 Februari 2019, Jaksel-Jaktim Waspada Hujan Petir & Angin Kencang

(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini