Di UGM, Andi Arief bersama dengan sejumlah rekannya, Velix Wanggai dan Denny Indrayana, membentuk Komite Penegak Hak Politik Mahasiswa (Tegaklima).
Selain itu, pada masa mudanya, Andi Arief dikenal sebagai aktivis pro-demokrasi.
Tak heran, bila gerak-geriknya diawasi penguasa Orde Baru.
Bahkan termasuk satu di antara belasan aktivis mahasiswa yang diculik karena dianggap membahayakan Orde Baru pada 1998.
Andi Arief aktif di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang berafiliasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) pada pertengahan dekade 1990-an.
Baca: 6 Fakta Penangkapan Andi Arief, Politisi Demokrat karena Narkoba: Ditangkap Bareng Wanita di Hotel
Akibat kegiatan aktivitasnya itu, Andi Arief kerap diburu aparat dan puncaknya, ia diculik di Lampung, 28 Maret 1998 atau hanya dua bulan menjelang jatuhnya rezim Soeharto.
Meski demikian, Andi Arief termasuk satu di antara aktivis yang dilepaskan setelah dirinya menandatangani surat penahanan dari kepolisian.
Selepas masa Orde Baru, nama Andi Arief seakan menghilang lantaran dia lebih banyak beraktivitas di tanah kelahirannya.
Jelang Pemilu 2004, Andi Arief ikut berperan memenangkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.
Baca: Andi Arief Ditangkap karena Narkoba, Foto Bungkus Alat Kontrasepsi Ikut Beredar
Pada pemerintahan SBY-JK, Andi Arief pernah didapuk oleh SBY sebagai Komisaris PT Pos Indonesia.
Ia pun pernah mencoba peruntungan sebagai Wakil Gubernur Lampung pada 2008, tapi gagal bersaing.
Sementara itu, pada pemerintahan kedua SBY, Andi Arief pernah menjabat sebagai Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam dari tahun 2009 hingga 2014.
Saat ini, Andi Arief menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat sejak tahun 2015.
Beberapa waktu lalu, Andi Arief sempat membuat masyarakat heboh dengan cuitan hoaks soal surat suara.