TRIBUNNEWS.COM - Hasil survei terbaru Litbang Kompas menempatkan elektabilitas pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin di angka 49,2 persen.
Sedangkan pasangan Capres-Cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berdasarkan hasil survei Litbang Kompas berada di angka 37,4 persen.
Sisanya, yakni 13,4 responden Survei Litbang Kompas menyatakan rahasia.
Mengutip Kompas.com, survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak melalui pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error +/- 2,2 persen.
Baca: Tanggapi Survei Kompas, Fadli Zon: Kalau Petahana Sudah Di Bawah 50 Persen Artinya Kalah
Survei Litbang Kompas itu dilakukan pada 22 Februari hingga 5 Maret 2019.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas itu, elektabilitas Prabowo-Sandi naik 4,7 persen dalam enam bulan, dari 32,7 persen pada Oktober 2018 menjadi 37,4 persen pada survei kali ini.
Sebaliknya, elektabilitas rivalnyal Jokowi-Amin turun 3,4 persen, dari 52,6 persen pada Oktober 2018 menjadi 49,2 persen.
Selisih suara di antara kedua pasangan menyempit menjadi 11,8 persen.
Rabu (20/3/2019), berikut Tribunnews.com merangkum fakta dan tanggapan atas hasil survei terbaru terbaru Litbang Kompas:
1. Penyebab Elektablitas Jokowi-Amin Turun
Peneliti Litbang Kompas, Bambang Setiawan, menyebutkan, penurunan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf bisa disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah perubahan pandangan atas kinerja pemerintahan.
Penurunan kepuasan masyarakat ini terjadi terhadap kinerja bidang politik-keamanan, hukum, dan sosial.
Baca: TKN: Survei Kompas soal Ekstrapolasi Elektabilitas, Jokowi Sudah Melebihi 2014
"Karena itu, meski tingkat kepuasan masyarakat berada di angka cukup tinggi, yakni 58,8 persen menyatakan puas, angka itu turun signifikan dibanding tahun lalu yang mencapai 72,2 persen," kata Bambang seperti dikutip dari harian Kompas, Rabu (20/3/2019).
Penurunan elektabilitas Jokowi-Amin juga terjadi karena perubahan dukungan di sejumlah aspek demografis enam bulan terakhir.