News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Ma'ruf Amin: Selesai Sampai Kemarin, Kita Kubur Istilah Cebong dan Kampret

Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin merespon sejumlah isu di Rumah Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2019).

TRIBUNNEWS.COM - Pemilihan Umum atau Pemilu 2019 telah terlaksana Rabu (17/4/2019) kemarin, calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin ingin masyarakat berdamai.

Menjelang pemilihan presiden atau Pilpres 2019 muncul istilah cebong dan kampret di kalangan pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Cebong merupakan julukan bagi masyarakat pendukung pasangan nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin.

Sementara pendukung pasangan nomor 02 Prabowo-Sandiaga dijuluki kampret.

Pemilu telah usai, Ma'ruf Amin mengajak masyarakat untuk mengubur istilah cebong dan kampret tersebut.

Baca: Maruf Amin Akan Temui Tokoh Pendukung Prabowo untuk Rekonsiliasi

Baca: Rumah Pergerakan Gus Dur Gelar Tasyakuran Kemenangan Jokowi-Amin Versi Quick Count

"Jangan bunyi lagi itu. Selesai sampai kemarin. Kita kubur (istilah itu), ada cebong, ada kampret, kubur saja," ujar Ma'ruf di kediamannya, Jalan Situbondo, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2019) dilansir Kompas.com.

Menurut Ma'ruf, polarisasi semacam ini tidak boleh berlanjut.

Sebab itu bisa memengaruhi pembangunan dan stabilitas negara.

Dia berkomitmen untuk melakukan rekonsiliasi setelah tahapan pemilu berakhir.

Ma'ruf Amin mengatakan salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan konsolidasi kebangsaan.

Ma'ruf Amin ingin mengadakan dialog antartokoh, baik pendukung Jokowi-Ma'ruf maupun pendukung Prabowo-Sandiaga.

Baca: Senyum Maruf Amin Sikapi Keunggulan di Hasil Hitung Cepat

Baca: Maruf Amin Apresiasi Kinerja TNI dan Polri di Pemilu 2019

Dengan adanya dialog tersebut, Ma'ruf Amin mengaku akan menerima kritik, sepanjang itu konstruktif.

Namun, ia tak ingin ada permusuhan antara masyarakat sebangsa Indonesia.

"Kritik sepanjang konstruktif boleh saja, tetapi tidak boleh ada permusuhan di antara kita sebangsa. Nah itu akan kita usahakan seoptimal mungkin di dalam melakukan rekonsiliasinya itu," kata dia.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini