News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

100 Hari Keliling Indonesia

Pringsewu Miniatur Jawa Tengah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ramon Y Tungka, pemandu acara 100 Hari Keliling Indonesia memulai perjalanannya menuju Lampung dengan berangkat dari Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (13/1/2013). Acara baru dari Kompas TV ini akan menceritakan tentang petualangan Ramon Y Tungka dalam mengelilingi Indonesia selama 100 hari. KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA

TRIBUNNEWS.COM--Petualangan tiga bulan lebih 10 hari. Itulah salah program terbaru stasiun televisi Kompas TV. Perjalanan menyusuri pelosok Indonesia selama 100 hari nonstop yang dikemas dengan program titel 100 Hari Keliling Indonesia. Bintang film dan presenter Ramon Y Tungka selaku pemandu program bersama tim produksi Kompas TV melaporkannya catatan harian untuk pembaca Tribunnews.com. Berikut catatannya.

Saya meninggalkan Bandar Lampung saat matahari belum terlalu tinggi, kira-kira pukul 08.00 WIB. Kota tujuan saya berikutnya adalah Pringsewu.

Pringsewu adalah sebuah kota kabupaten yang terletak di sebelah barat Kota Bandar Lampung. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tanggamus, yang disahkan menjadi kabupaten tersendiri pada 2008.

Untuk menuju Pringsewu, alternatif transportasi yang saya pilih adalah bus tiga perempat jurusan Rajabasa-Pringsewu. Perjalanan saya tempuh selama 1,5 jam dengan ongkos Rp 10 ribu saja.

Selama perjalanan saya dibuat terheran-heran oleh bahasa yang digunakan olah para penumpang bus. Hampir seluruh penumpang bus berbicara dengan Bahasa Jawa. Bahkan beberapa kali kenek bus meneriakan nama-nama daerah di Jawa Tengah untuk mengecek apakah ada penumpang yang mau turun.

Daripada mati penasaran, saya putuskan bertanya pada bapak di sebelah saya yang dari tadi sibuk menatap keluar cendela bus. Namanya Pak Narto dan jawabanya sungguh dasyat.

“Pringsewu ini kan memang KW satunya Jawa mas, Jawa Tengah khususnya,” kata Pak Narto.

Hampir seluruh kecamatan yang berada di Pringsewu, kata Pak Narto, bernama sama dengan nama-nama daerah di Jawa. Misalnya Banyumas, Ambarawa, Gading Rejo dan Sukoharjo.

Asal muasal kesamaan nama ini adalah kebijakan transmigrasi dari jawa yang sudah dimulai sejak jaman Belanda. Begitu datang ke Lampung, para transmigran ini menamakan daerah mereka sama persis dengan nama daerah asal mereka di Jawa.

“Jadi kalau mas mau keliling Jawa Tengah, ya disini saja. Kelilingi kabupaten Pringsewu, sama saja to,” kata Pak Narto sambil tertawa.

Akhirnya rasa penasaran saya terjawab sudah. Siapa sangka perjalanan saya meninggalkan Jakarta ke arah barat justru mempertemukan saya dengan Jawa Tengah, yang notabene berada di timur Jakarta .

Besarnya jumlah transmigran asal Jawa membuat bahasa sehari-hari di Pringsewu pun bahasa Jawa dengan berbagai cengkok. Ada yang terdengar seperti gaya bahasa orang Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Arus transmigrasi di masa lampau ke daerah ini juga menyebabkan Pringsewu menjadi kabupaten berpenduduk terpadat di Provinsi Lampung.

Pak Narto turun di Tambak Rejo, beberapa sekitar satu kilometer sebelum gerbang masuk kota Pringsewu. Saya sendiri, turun di depan Gala Square, yang kata Pak Narto masuk daerah Gading Rejo. Di Pringsewu saya akan bertemu dengan orang-orang yang kuat.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini