TRIBUNNEWS.COM - Nadia Mulya harus menerima kenyataan bahwa ayahanda tercinta, Budi Mulya divonis 10 tahun penjara oleh pengadilan Tipikor bulan Juli 2014 lalu. Selama sang ayah berada di tahanan, Nadia dan ayahandanya tak bisa berkomunikasi dengan lancar. Alhasil, mereka selalu bertukar diary atau bukun harian untuk menceritakan kegiatan masing-masing.
"Ini saya baru tengokin papa. Di sana (tahanan KPK) enggak ada alat komunikasi, tapi kami punya diary. Jadi itu ditulis dari hari pertama papa ditahan sampai sekarang. Saya suka menangis sendiri," kata Nadia seperti dikutip Tribunnews.com dari Tabloidnova.com
Saat dijumpai di Galeries Lafayette, Pacific Place Mall, Jakarta Pusat, Kamis (14/8/2014), Nadia menceritakan saktu besuk keluarga pada para tahanan pun dibatasi, hanya hari Senin sampai Kamis. Jika hari Senin tiba, itu waktunya Nadia mengantar buku diary yang sudah berisi cerita mengenai kehidupan Nadia. Sedangkan jika hari Kamis tiba, itulah waktunya Nadia mengambil buku diary dan membaca kisah sang ayah selama berada di tahanan.
"Sekarang sudah jadi dua buku (diari). Jadi Senin saya tulis, saya kasih foto. Lalu dia baca, terus Kamis dia balikin, di balas tulisannya. Hari ini kami bikin diary, Nadine (anak Nadia yang pertama) dapat bunga dari temannya. Terus bapaknya (suami Nadia, Dastin Mirjaya Mudijana) marah-marah, kok anak kecil sudah dapat bunga," jelas Nadia membocorkan isi 'curhatan' di buku diarinya.
Selain berkisah soal putrinya, Nadia juga mencurahkan isi hatinya di buku diary. Ia mengaku sengaja tidur tak menggunakan AC alias pendingin ruangan, agar ia bisa merasakan penderitaan ayahnya.
"Hari ini Nadia enggak pakai AC karena ingin merasakan apa yang papa rasakan. Papa juga balas cerita soal di penjara. Kan ada Wawan tuh, sama-sama dari Banten. Menceritakan komunitas dia di sana. Saya memang dekat banget sama papa. Pokoknya tingkatkan kualitas anak dan ayah deh. Luar biasa perjalanan yang ditempuh papa saya," puji Nadia. (Okki/Tabloidnova.com)