Laporan Wartawan Tribunnews.com, Achmad Rafiq
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus, membuat aktris sekaligus penari Karina Salim mengingat perjuangan para pahlawan.
Karina yang merupakan cicit dari pahlawan, H. Agus Salim ini mengaku bangga memiliki darah keturunan seorang pahlawan. Ia juga menyampaikan banyak hal yg ia dapatkan saat mendengar cerita mengenai sosok mantan Menteri Luar Negeri pada zaman Presiden RI, Soekarno.
"Keluarga sering bilang, kalau beliau itu pintar sekali. Dia juga menguasai banyak banget bahasa dan dia belajar itu sendiri," ucap Karina kepada Tribunnews.com, saat ditemui di gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sudirman, Jakarta.
Pemain film 'Mantan Terindah' ini mengaku, banyak sekali ilmu dan pelajaran yang bisa ia petik dari sosok H. Agus Salim, untuk bekal dirinya menjalani kehidupan pada zaman sekarang.
"Aku jadi paham makna pemimpin tanpa kenal pamrih, karena emang saat jadi pemimpin dia mau hidup melarat. Artinya dia tidak serta merta menggunakan fasilitas yang diberikan negara," katanya.
"Dia juga jujur banget dan yang sering aku dengar, tentang kecerdasan dia itu yang mampu menguasai bahasa pada kondisi bangsa Indonesia yang waktu itu belum ada internet, tapi dia bisa belajar kuasain bahasa sendiri," lanjut Karina.
Peringatan hari kemerdekaan pun kerap ia isi dengan mengunjungi makam H. Agus Salim bersama keluarganya di Taman Makam Pahlawan di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.
"Kalau perayaan sih ngga ada ya, sejak aku sudah ngga sekolah lagi aku sudah ngga ikut upacara-upacara. Paling aku sama keluarga biasanya suka nyekar ke makam pahlawan di Kalibata," ujar penari ballet ini.
Pada peringatan hari Kemerdekaan RI yang ke-70 tahun ini, wanita berusia 23 tahun ini berharap, agar ada perubahan yang terjadi di Negara Indonesia untuk bisa menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
"Aku berharap dengan perayaan kemerdekaan Indonesia tahun ini, betul-betul bisa ada perwujudan praktis dari revolusi mental. Revolusi mental itu bukan hanya untuk rakyat, tapi menjangkau para penyelenggara negara," tuturnya.
"Di mana mereka punya tanggung jawab punya moral maupun konstitusional untuk bekerja jujur, tanpa pamrih, dan bisa melayani rakyat secara paripurna (merata)," sambung dia.