Namun, lanjut Indro, saat ikut kegiatan di lapangan terbuka dan dikelilingi pegunungan seperti ini Indro mengaku emosinya selalu terusik. “Suasana kedekatan dengan alam ini sering mengingatkan saya bahwa kita sering melupakan hubungan horisontal. Karena itu, jujur tadi saya jadi emosional banget. Saya bahkan nyaris tak bisa menahan tangis,” tegasnya.
Suasana heroisme di kawasan Gunung Bromo ini sebetulnya sudah muncul sejak dini hari. Di ketinggian 2770 meter diatas permukaan laut di Gunung Penanjakan, lagu Indonesia Raya bahkan sudah mengalun bersamaan dengan munculnya sang fajar di ufuk timur.
Entah siapa yang mulai, ratusan wisatawan yang memenuhi titik hot spot pemandangan matahari terbit itu secara bersamaan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tak hanya itu. mereka masih melanjutkan dengan beberapa lagu nasional lain macam 17 Agustus dan Maju Tak Gentar.
Legendary Tour
Prosesi pengibaran bendera di Pasir Berbisik itu menjadi puncak kegiatan Legendary Tour of Indonesia yang diadakan Castrol Power1.
Sehari sebelumnya (Minggu, 16/8/2015), dilakukan pengumuman pemenang kompetisi Video Touring di Amphytheatre Hotel Jiwa Jawa.
Dari 800 video hasil rekaman perjalanan para bikers, disaring 70 karya terbaik. Dari jumlah itu, 10 orang diantaranya diundang dalam prosesi di Gunung Bromo tersebut dan enam diantaranya dinyatakan sebagai pemenang.
Dari enam orang pemenang, tiga diantaranya mendapat hadiah spesial dari Kementerian Pariwisata. Sutiknyo, bikers asal Pati Jawa Tengah dinobatkan sebagai Juara Pertama dan berhak mendapat hadiah liburan ke Raja Ampat Papua.
“Ini buah dari pengembaraan selama tiga bulan di Indonesia Timur,” cetus Sutiknyo.
Mantan teknisi di sebuah perusahaan penerbangan ini mengaku video yang diikutkan dalam lomba itu adalah perjalanan yang dilakukan pada Mei 2014.
Sutiknyo mengendarai Honda Vario dari Surabaya menelusuri rut eke Bali, dan Sumbawa, Flores. “Saat hendak meneruskan perjalanan menyeberang ke Timor Leste, saya ada masalah dengan izin imigrasi jadi saya tak bisa bawa motor ke sana (Timor Leste),” bebernya.
Untuk menuntaskan obsesinya menaklukkan alam Indonesia Timur itu Sutiknyo harus merogoh koceknya sebesar Rp 24 juta. “Saya bersyukur karena selama perjalanan banyak teman yang membantu, termasuk teman-teman komunitas bikers yang selalu memonitor perjalanan saya,” katanya.
Selain untuk bahan bakar, Sutiknyo juga mengeluarkan uang untuk sejumlah komponen kendaraan yang ditungganginya. Selain ganti ban, yang cukup parah adalah saat shockbreaker motornya patah.
“Itu terjadi di Kupang. Susah sekali mendapatkan ganti shockbreaker di sana. Untung akhirnya bisa saya peroleh setelah bertanya beberapa kali,” cetus pria yang kini aktif ngeblog dan penulis di beberapa website ini. (SURYA/Ahmad Pramudito)