Laporan Wartawan Tribunnews.com, Achmad Rafiq
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tuduhan dosen Universitas Brawijaya, Yusran Fajar kepada kru film 'Surat dari Praha' dianggap merugikan.
Penulis naskah film, Irfan Ramli mengatakan, proses penulisan film tersebut telah dilakukan sejak proses produksi film 'Cahaya dari Timur' yang juga merupakan garapan sutradara, Angga Dwimas Sasongko.
"Jadi ini suatu proses yang panjang untuk pengerjaan sebuah skenario dan yang kami lakukan adalah proses kerja kolaboratif yang melibatkan banyak orang dalam pengerjaan skenario," jelas Irfan, saat jumpa persnya, di kedai Filosofi Kopi, kawasan Blok M Square, Jakarta Selatan, Senin (1/2/2016).
"Proses development dan semua data yang kita punya itu terkelola rapi, dan kita juga punya rekaman percakapan dengan development. Dan hal yang paling penting bahwa proses kerja skenario ini dilakukan dalam proses pengerjaan 'Cahaya Dari Timur' untuk mengerjakan sebuah film yang berdasarkan keinginan kami untuk mengapresiasi 20 tahun berkaryanya Glenn Fredly," sambungnya.
Tidak hanya itu, tim produksi 'Surat dari Praha' juga punya beberapa bukti pendukung hingga naskah film ini dibuat. Mereka menemukan berbagai infomasi terkait kejadian tahun 1965 dari mahasiswa yang kehilangan kewarganegaraan pada masa itu.
"Kami menemukan informasi-informasi menarik sekitar tahun '65 dan kemudian keputusan kami jatuh pada eksile-eksile di Praha. Pengetahun teman-tema juga narasi tentang kejadian tersebut bukan sesuatu yang baru dilakukan oleh kami sebenernya. Kami sudah pernah mengangkat hal ini untuk banyak tulisan dan buku. Ini sesuatu yamg kami buat dan menjadi dasar development yang kami lakukan," ujar Irfan.
Sementara itu, Sutradara film, Angga menuturkan alasannya memilih judul 'Surat dari Praha' pada filmnya kali ini.
Menurutnya, judul tersebut terdapat benang merah terdapat cerita dan riset yang telah mereka lakukan hingga akhirnya mulai produksi film tersebut.
"Jadi kami bertemu 10 sampai 12 ex wahid. Kami wawancara mereka ditambah yang tinggal di sana makan-masakan istrinya dan kenal sama cucunya. Satu hal yang kami tangkap dari seluruh mereka walau punya cerita masing-masing, tapi ada benang merah yang kami tangkap dari setiap cerita adalah surat tentang yang mereka kirim ke Indonesia. Semua ketika diwawancara pasti cerita tentag surat," tutur Angga.
"Kami dapat data primer. Kami pergi ke Praha ketemu dengan orang tersebut. Tidak ada satu pun bapak-bapak ini bicara tentang sebuah tulisan yang memuat cerita mereka. Kami merasa reputasi kami lebih berharga dari apapun. Lewat peristiwa tuduhan ini tidak mendasar dan tidak adil karena dilakukan jauh sebelum film kami dirilis. Maka reputasi kami yang dirugikan," lanjutnya.