TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap 9 Maret pekerja seni musik diingatkan dengan peringatan Hari Musik Nasional.
Momen ini dijadikan momentum untuk mengembalikan kejayaan musik nasional yang terpukul akibat modernisasi dan kecanggihan teknologi.
Keinginan para musisi ini diyakini Erwin Gutawa bisa terlaksana. Ayah dari Gita Gutawa ini tak meragukan karya dan totalitas para musisi dan semangat dan langkah mereka dalam bermusik.
Hanya saja usaha mereka haruslah didukung dengan maksimal oleh pemerintah, bukan sekadar perayaan saja.
"Senang ada hari untuk merayakan profesi kita. Tapi sekarang jangan cuma selebrasi aja. Belum ada tindakan. Ini kan gak cuma industri, ada pendidikan, gak cuma entertainment yang masih sekedar alat hiburan," kata Erwin seperti dikutip Tribunenws.com dari KG Production.
Erwin mengakui kalau musik Indonesia sejak eran 1980 sampai 2000 ini telah memberikan warna yang disukai masyaraka. Berbagai genre pun terus berkembang diikuti dengan fans fanatik yang hingga kini masih mengelu-elukan musisi idolanya bersama warna musik yang diusung.
Hingga tiba masanya, musik Indonesia masuk ke era digital yang membuat perkembangannya semakin dahsyat.
"Dari dulu banyak yang bagus, orang sekarang bisa mengakses dengan teknologi maju," kata Erwin.
Menyikapi kondisi saat ini, ternyata juga memunculkan rasa prihatin. Dampak negatif dari era digital membuat sebagian besar pelaku di industri musik kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari karya ciptaannya.
"Kalau saya prihatin, penikmat kaset cd, sudah sedikit. Orang sekarang dengerin cd jarang, cuma masalah perubahan lifestyle," katanya sedih.
Jika bicara soal royalty, Erwin hanya bisa berkomentar agar semua pihak bisa saling menghargai dan menghormati aturan yang sudah dibuat, sehingga tak ada pihak yang dirugikan.
"Itu karena aturan main belum jelas, kalau jelas gak gampang dilanggar. Coba dibikin aturang yang jelas menerangkan kalau royalty karaoke, membela kepentingan semua piha," saran Erwin.