Lokasi rumahnya yang berada di pedalaman membuat siswa SMA Negeri 1, Tahuna itu harus menggunakan jalur darat dan laut untuk sampai di tempat seleksi.
"Saya dari kabupaten Sangihe dari ibu kota Manado agak jauh jadi semalam naik kapal masuk di Sangihe jam 04.00 WIB tiba di kota jam 07.00." jelas Reyvelino.
Usai dinyatakan lolos ke tahap nasional, Reyvelino dan tiga kandidat paskibraka segera terbang ke Jakarta menggunakan pesawat.
Sebelum menjadi anggota Paskibraka, Reyvelino memang sudah aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Paskibra di sekolahnya, SMA Negeri 1 Tahuna.
Konsistensi pun ditunjukkan Reyvelino yang rela pulang sekolah kembali ke rumah hanya untuk makan lalu kembali lagi ke sekolah untuk latihan Paskibraka.
Untuk sampai ke sekolahnya, pemuda yang lahir di tanggal 20 Februari itu harus menggunakan kendaraan motor agar lebih cepat sampai.
"Saya biasanya naik motor ke tempat latihan atau sekolah, kalau sekolah sekitar setengah jam perjalanan saya berangkat jam 6, pulang sekolah hanya ganti baju, makan, lalu kembali lagi ke tempat latihan." tutur Reyvelino dengan logat khas Sulawesi Utara yang masih sangat kental.
Hingga proses pelatihan yang sudah berjalan dua minggu sejak 28 Juli 2016 lalu, Reyvelino masih tidak menyangka dirinya dapat mengalahkan ratusan orang yang dianggapnya lebih keren.
"Saya masih tidak menyangka, saya enggak tahu ternyata Tuhan pilih saya bisa sukses kayak gini ada niat dari hati saya, pertama mau mengharumkan nama orangtua jadi saya coba jadi Paskibraka ternyata lolos," ucapnya dalam sikap sempurna saat berbaris (kedua tangan dikepal di samping kiri dan kanan bagian paha).
Dengan ikutnya Reyvelino menjadi anggota Paskibraka, ia berharap bisa menjadi bekal untuk mewujudkan cita-citanya menjadi Akmil (Akademi Militer).
Di Jakarta Reyvelino harus mengikuti tahapan seleksi yang begitu ketat mulai dari pemilihan di sekolah, kabupaten, provinsi hingga tingkat nasional.
Sampai di Jakarta pun empat orang yang terpilih dari daerah masih melalui beberapa seleksi lagi seperti psikotest, kesehatan, baris berbaris, dan rangkaian seleksi lainnya hingga terpilih dua orang, satu putra dan satu putri.
"Dari seleksi di kecamatan memang ada teman-teman, saya lihat ada yang tinggi, pintar, pas dengar pengumuman kalau di kecamatan saya yang juara satu, saya tidak menyangka,"ujar Reyvelino.
Impian Reyvelino ke Jakarta hampir saja pupus akibat ulah kandidat lain yang menukar kertas jawaban tesnya.
Kejelian para petugas yang melihat kecurangan itulah yang menolong Rey panggilan akrab Reyvelino lolos ke tahap berikutnya.
"Saya seleksi di kabupaten mereka seperti main curang, kertas nilai saya ditukar tapi ketahuan dari kakak-kakak panitia, untung kakak-kakaknya percaya sama saya," tutur Rey. (*)