TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koes Bersaudara merekam lagu- lagu pertama mereka tahun 1962 di studio Irama di Jalan Theresia (sekarang belakang Sarinah) Jakarta, kemudian pindah ke kawasan Cikini, tidak jauh dari rel kereta api.
Menurut Mas Yon, waktu itu mixer yang digunakan berkapasitas empat track.
Skill menyanyi dan keterampilan memainkan alat musik harus prima, karena rekaman dilakukan secara live, seperti sebuah pertunjukan di atas panggung.
Bedanya, kalau salah bisa diulang dari awal. “Pokoknya seru deh waktu itu,” kenang Mas Yon.
“Lagi ada mood isi vokal terpaksa ditunda karena ada yang batuk atau tidak bisa menahan Haaaaci … atau bangkis menjelang pilek.”
Baca: Pemakaman Yon Koeswoyo di TPU Tanah Kusir Ditunda
Dengan kondisi sistem rekaman seperti itu Kus Bersaudara berhasil merampungkan sejumlah album EP (extended play) yang berisi 8-10 lagu di Irama, sementara tujuh album Koes Plus dirampungkan di Dimita Moulding Company, yang studionya berada di Bandengan, Jakarta Kota.
Lagu-lagu yang sangat populer di masa itu kemudian melegenda sampai sekarang antara lain Oh Kau Tahu, Telaga Sunji, Pagi jang Indah, Laguku Sendiri, dan salah satu lagu yang diciptakan Mas Tonny setelah dibebaskan dari Penjara Glodok, To the So Called the Guilty.
Koes Bersaudara menjadi Koes Plus (Koeswoyo Plus) tahun 1969 ketika Nomo meninggalkan saudara-saudaranya untuk berkonsentrasi dalam bisnis.
Sebenarnya tidak pernah ada niat Mas Tonny mendirikan Koes Plus, bahkan ia sangat terpukul ketika terpaksa tidak mengikutsertakan Mas Nomo.
Yang terjadi adalah, ketika sedang berlatih untuk mempersiapkan lagu-lagu untuk album baru “Dheg Dheg Plas”, seorang teman Mas Nomo berteriak dari luar jendela.
“Ada yang mau jual mobil nih. Barangnya masih bagus. Mau enggak?”
“Gue lagi latihan. Ntar aje …,” sahut Mas Nomo.
“Nanti diambil orang.”“Iya, sebentar lagi deh ….”