News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bassis Navicula Kecelakaan

Cerita di Balik Patung Bayi Sakah, Lokasinya Tak Jauh dari Kecelakaan Nahas Bassis Navicula

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Patung bayi di simpang tiga Jalan Raya Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali.

Baca: Kekasih Bassis Navicula Meninggal, Aktivis Gerakan Tolak Reklamasi Tanjung Benoa Berduka

Baca: Pemain Bass Navicula Kritis setelah Alami Kecelakaan, Jenazah Pasangannya Dipulangkan ke Jogja

Baca: Keluarga Besar Bassis Navicula Gelar Upacara Ngulapin di Lokasi Kecelakaan

Sebab, kata dia, kalau di daerah lain dibangun patung pejuang dan wayang, maka patung yang akan dibuat itu tidak akan menjadi kebanggaan lagi bagi masyarakat Bali. Khususnya Gianyar.

Akhirnya, setelah dilaksanakan rapat kedua, diputuskanlah untuk membangun patung Sang Hyang Brahma Lelare itu. Brahma Lelare adalah patung berwujud bayi.

Baca: Tulang Rusuk Bassis Navicula Patah dalam Kecelakaan, Paru-parunya Perdarahan

Wujud bayi dipilih karena sesuai filosofi bahwa bayi adalah simbol kelahiran manusia di dunia. Lantas, mengapa patung itu dibangun di Jalan Raya Sakah, tepatnya di Banjar Belah Tanah?

Mungkin itulah yang menjadi pertanyaan sebagian besar masyarakat Bali.

Menurut penjelasan Gus Balik, simbol Siwa Budha itu dibangun di sana karena tanah yang terdapat di simpang tiga Jalan Raya Sakah itu, secara niskala disebut Blah –Tanah-Sake-Ah, artinya di tengah belahan tanah, terdapat sebuah sake (adegan) dan ah (tidak ada batas antara atas dan bawah).

“Blah Tanah, Sake Ah, itulah Hyang Tibe. Di sebelah barat patung itu kan ada pura Hyang Tibe,” ucap pria berusia 64 tahun ini.

Selain itu, dalam Bahasa Kawi, Gus Balik juga membuka filosofi Sang Hyang Brahma Lelare: Ang Ung Mang, Wijil Sang Hyang Tri Sakti.

Sang Buk Buk Sah, Sang Hyang Gagak Aking—Patemuaning Siwa Budha Sakti Patwa Sang Hyang Brahma Lelare Pinake Ratuning Wisesa.

Secara garis besar, Gus Balik mengatakan, filosofi itu bermakna pertemuan antara sakti Siwa dan sakti Budha yang disebut Sang Hyang Widhi.

“Saktinya Siwa dan saktinya Budha di sana bertemu dan itulah yang sebenarnya dicari-cari oleh seluruh umat beragama,” tuturnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini