TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Buku terlarang di masa Orde Baru (Orba), Bumi Manusia difilmkan.
Meski dilarang dan siapa saja yang didapati membaca buku itu, siapa saja akan diringkus oleh aparat berwajib, tapi buku itu malah beredar luas.
Bahkan banyak mahasiswa di masa Orba pada umumnya membaca buku yang dilarang itu.
Baru setelah Orba tumbang, buku terlarang ini bisa didapatkan secara bebas dan boleh dibaca oleh siapa saja.
Isi buku ini sebenarnya bukan menceritakan faham komunis seperti diisukan bahkan lebih banyak mengangkat kisah nasionalisme dan bangsa Indonesia di masa kolonialisme Belanda.
Baca: Bangga Ekspansi ke Negara ASEAN, Rudiantara: GO-JEK Pandai Lihat Pasar
Detail kisah yang disampaikan Pramoedya Ananta Toer dalam buku ini demikian menawan.
Buku itu diterbitkan secara manual oleh penerbit Hasta Mitra di bawah tanah dan beredar sangat terbatas.
Buku yang mengisahkan perjalanan bangsa di tahun awal akan berdirinya Republik Indonesia itu sebenarnya bukan buku tentang ajaran komunisme.
Buku karya sastrawan hebat bernama Pramoedya Ananta Toer itu adalah juga simbol perlawanan di masa Orba.
Banyak kalangan, khususnya mahasiswa, membaca buku terlarang itu secara tersembunyi.
Buku terlarang itu malah beredar di bawah tanah secara berantai.
Setiap mahasiswa mendapatkan giliran untuk membaca buku ratusan halaman itu hanya dalam waktu 1-2 hari atau maksimal hanya 48 jam.
Soalnya, buku itu harus dibagikan kepada mahasiswa lainnya untuk dibaca.
Tidak sedikit mahasiswa tertangkap gara-gara membawa buku itu.