“Sehingga nantinya kita bisa bersama-sama menjaga dan mengelola aset bangsa ini dengan baik dan transparan,” jelas Firdaus.
Untuk mewujudkan ini semua, tentu membutuhkan dana yang sangat besar, namun Enteng mengaku hal itu tidak jadi masalah.
KCI saat ini telah memilih mitranya yang bonafit dan sangat memahami tata kelola industri musik, berbasis IT seperti ini.
“BBM ini sebuah kelompok usaha besar, jadi soal pembiayaan nggak ada masalah. Bisnis musik masa kini dengan pola tata niaga baru berbasis e-commerce ini memang membutuhkan supporting pembiayaan yang tidak sedikit dan kedua belah pihak telah siap,” tambah Enteng Tanamal.
Dalam kesempatan yang sama, Dharma Oratmangun selaku Ketua Umum KCI juga turut memberikan penjelasan tentang proyek bersama ini.
“Kelompok usaha BBM ini merupakan partnership Yayasan KCI untuk menghadirkan sebuah konstruksi pembaharuan tata niaga industri musik baru yang berazas pada keadilan dan kesetaraan .Tentunya dengan memperhatikan ekosistemnya. Ekosistem yang saya maksud disini adalah para pemilik hak cipta dan hak terkait berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan pemilik modal. Itulah yang menjadi landasan filosofis Yayasan KCI mau bekerjasama dengan BBM untuk mengembangkan industri musik yang sehat melalui karya karya anak bangsa, dengan membentuk sebuah konsorsium dengan produknya yaitu Portal Musik Indonesia,” jelas Dharma.
Untuk masuk ke industri musik digital ini, KCI sebagai yayasan bukan tanpa modal. Menurut Dharma KCI memiliki setidaknya 8 kompoen besar sebagai pintu gerbang yang bisa dijadikan modal untuk masuk ke dalam industri musik digital ini.
“KCI setidaknya memiliki 8 komponen besar untuk masuk ke Industri musik digital, yaitu; KCI memiliki lagu lagu Nasional, lagu legenda, lagu pop daerah, lagu Tradisional, lagu Anak anak, lagu relegius, lagu dangdut dan lain sebagainya yang jika di total jumlahnya jutaan,” imbuh Dharma.
Diskusi Musik
Usai penandatanganan kerjasama antara BBM dengan KCI, diilanjutkan dengan diskusi musik. Dalam diskusi tersebut selain ada pemaparan atau presentasi dari BBM yang dilakukan oleh Jhody, juga ada tanya jawab seputar industri musik digital.
Beberapa musisi yang hadir seperti Arya Baron, Kadri Mohammad, Andy Ayunir, Titik Bartje, produser kawakan Handoko dan juga pengamat musik Bens Leo masing-masing memberikan pendapat dan masukannya.
Pada intinya kesemuanya menyambut baik hadirnya industri musik yang dilakukan antara KCI dengan kelompok usaha BBM ini. Tentunya dengan catatan-catatan agar tidak terjebak dalam masalah masalah seperti masalah hukum yang berakibat kepada penuntutan, kemudian masalah SDM hingga masalah infrastruktur dan lain-lain.
“Pada dasarnya hampir semua bisnis yang berbasis digital ini pernah mengalami masalah berupa penuntutan, justru dari sinilah kita banyak belajar, sehingga dalam perjalanannya nanti kita setidaknya bisa meminimalis permasalahan,” jelas Jhody A Prabawa dari BBM.
Dalam diskusi tersebut juga dihadiri oleh Duta Besar RI Untuk China, Djauhari Oratmangun yang turut memberikan pemaparan tentang peluang bisnis yang sudah dan akan dilakukan dengan para pengusaha di China, salah satunya termasuk musik.