Nyai Ontosoroh senang melihat keduanya saling mencinta.
Seiring berjalannya waktu Minke mulai terlibat bagai masalah yang menghampiri keluarga Nyai Ontosoroh dah Herman Mallemar.
Tentunya film Bumi Manusia bukan tentang kisah cinta Minke dan Annelies.
Lebih dari itu, film yang 80 persen syutingnya dilakukan di Yogyakarta memperlihatkan bagaimana Belanda dalam membentuk hukum yang hanya berpihak pada kaum mereka.
“Film ini dilakukan 80 persen di Yogyakarta dan melibatkan ribuan kru dari Yogyakarta,” ucap Hanung Bramantyo di Empire XXI Yogyakarta, Selasa (13/8/2019)
Bagi yang sudah membaca novel Bumi Manusia tentu tahu inti dari karya sastra yang ditulis Pramoedya Ananta Toer dari balik jeruji besi itu.
Banyak nilai tentang menghargai seseorang tanpa memandang ras dan warna kulit.
“Lebih dari sekedar nilai fisik, film ini ada sebuah value untuk belajar menghargai sesama. Tanpa melihat ras dan warna kulit,” ujar Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Ine Febryanti dianggap beberapa orang yang sudah mengikuti special screening film Bumi Manusi, berhasil memerankan sosok Nyai Ontosoroh.
Dalam film tersebut, Nyai Ontosoroh digambarkan sebagai sosok yang tegar dan berani melawan ketidakadilan.
“Kunci film ini ada di sosok Nyai Ontosoroh,” ujar Anto Hoed.
Hingga akhir film, emosi para penonton dibuat naik turun.
Meski dihujani pujian, film Bumi Manusia tak lepas dari kritikan.
Baca: Mawar de Jongh Emosi Didorong Hanung Bramantyo Saat Syuting Film Bumi Manusia
Secara jalannya cerita, film yang berdurasi tiga jam itu tak begitu membosankan. Hanya saja untuk ukuran film Indonesia, cukup terasa film tersebut berdurasi 3 jam.