TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Dunia seni tanah air kehilangan salah satu sosok terbaiknya. Rabu (13/11/2019) dini hari, seniman Djaduk Ferianto, menghembuskan nafas terakhirnya tepatnya pada pukul 02.30 WIB.
Hampir sepanjang hidupnya, Djaduk Ferianto mendedikasikan dirinya dalam bidang seni.
Ia memang lahir dari keluarga seniman.
Djaduk Ferianto dilahirkan di Yogyakarta pada 19 Juli 1964.
Bersama grup musik Kua Etnika dan Sinten Remen, Djaduk memadukan unsur-unsur musik tradisional dengan modern.
Selain bermusik, Djaduk juga aktif sebagai anggota Teater Gandrik.
Dia pernah menyutradarai beberapa pertunjukan teater dan mengerjakan ilustrasi musik untuk film.
Djaduk Ferianto meninggalkan seorang istri dan lima anak.
Djaduk adalah anak dari seniman Bagong Kussudiardja yang meninggal pada 15 Juni 2004 silam.
Baca: Kiprah Djaduk Ferianto, Penata Musik Petualangan Sherina hingga Drupadi yang Dibintangi Dian Sastro
Baca: Pesan Terakhir Djaduk Ferianto Pada Sang Putri, Bicara Kesetiaan
Cerita Djaduk Mimpi Sang Ayah Dua Hari Berturut-turut
Pernah suatu kali, Djaduk bercerita tentang mimpinya yang bertemu dengan sosok sang ayah.
Dalam percakapannya dengan Tribun Jogja pada 2017 lalu, Djaduk mengaku bertemu ayahnya dua hari berturut-turut.
Sayangnya, Djaduk tidak ingat detail mimpinya.
"Saya benar-benar lupa mimpinya seperti apa, tapi masih seputar kegiatan berkesenian, sedikit heran kenapa sampai dua hari berturut-turut mimpi ketemu bapak (alm Bagong) datang," katanya melalui sambungan telepon, Senin (9/10/2017).
Saat mimpi itu datang, Djaduk sedang mengerjakan proyek Ijen Summer Jazz Banyuwangi.