"Gue ke Jerman pertama kali, wih hp bisa ngirim tulisan nih. Sumpah itu tahun akhir 1999."
"Terus nggak lama Indonesia masuk SMS. Bisa SMS an," tambahnya.
Titi melanjutkan, Jerman yang teknologinya maju terlebih dahulu dibandingkan dengan Indonesia membuatnya diajarkan oleh Tian untuk pergi ke warung internet.
Mereka menggunakan media sosial pada jaman dahulu yang bernama mIRC.
Dalam media sosial tersebut, para pengguna sering memakai nama-nama yang aneh sehingga Titi sering salah masuk saluran untuk menghubungi Tian.
"Terus aku dulu diajarin suruh ke warnet kan, jamannya mIRC ya," cerita Titi.
"Terus udah gitu namanyakan ada yang anak gaul, yang kayak gitu-gitu."
"Salah masuk saluran, eh di mana nih," lanjutnya.
Tidak hanya itu, karena Tian dan Titi terpisah dengan letak benua yang berbeda membuat keduanya miliki waktu yang berbeda.
Tian menceritakan Indonesia dan Jerman memiliki perbedaan waktu enam jam.
Sehingga ketika di Jerman masih sore, di Indonesia sudah tengah malam dan sebaliknya.
"Udah gitu beda jam lagi, bedanya enam jam," terang Tian.
"Di sini sore di sana tengah malam, di sana siang di sini belum bangun," tambahnya.
Untuk mengatasi rasa kangen yang dirasakan, Tian berusaha untuk kembali ke Indonesia kurang lebih setahun sekali.