Pada 1920, ia diajak bergabung ke Balai Pustaka.
Aman bekerja sebagai korektor di bagian Maleische Redactuur (Redaksi Bahasa Melayu) mendampingi Nur Sutan Iskandar.
Bagai pulang kampung, di Balai Pustaka Aman dapat berkumpul bersama kawan-kawan asal Sumatera Barat.
Iman menilai di Balai Pustaka Aman dapat mengembangkan diri menjadi seorang penulis
"Kita lihat penulis-penulis saat itu dari Balai Pustaka itu kan Sutan Iskandar, Abdul Moeis Sutan Takdir, Hamka semua kan orang Sumatera," ucap Iman.
Iman menjelaskan kisah Si Doel yang ditulis oleh Aman pertama kali tahun 1932 adalah menceritakan sosok pemeran utama yakni Abdul Hamid.
Aman mengamati sendiri kehidupan tetangganya itu selama tiga tahun sebelum kisah tersebut diangkat menjadi novel.
"Si Doel itu Abdul Hamid yang memang dilihat dari tetangganya Aman di Jatinegara tiga tahun ketika itu dia mengamati sendiri kehidupannya," ujar Iman.
Dalam novel tersebut, Doel hidup bersama nyak (ibu) dan babe (bapak). Bapaknya bekerja sebagai supir bus kota. Kehidupan Doel berubah setelah bapaknya meninggal dunia karena kecelakaan.
Untuk membantu ibunya, Doel bekerja dengan berjualan.
Setelah itu, sutradara Sjuman Djaja mengangkat kisah novel karya Aman Datuk itu dalam film dengan judul yang sama, "Si Doel Anak Betawi" pada 1972.
Iman menilai setelah film tersebut, karya film yang mengangkat dari karya sama diterjemahkan secara bebas.
Sampai pada akhirnya oada 1994, diadopsi bebas menjadi sinetron dengan judul Si Doel Anak Sekolahan yang disutradarai Rano Karno dan tayang di stasiun televisi swasta.