TRIBUNNEWS.COM - Roy Marten merupakan aktor besar dan menikmati kejayaannya di pertengahan 1970-an hingga 1980-an.
Namun, sebelum itu, hidupnya tak semudah yang dibayangkan. Roy Marten kemudian menceritakan masa lalunya saat masih tinggal di Salatiga, Jawa Tengah.
Roy Marten memulai ceritanya dengan membahas soal ekonomi yang terjadi saat Soekarno masih menjabat sebagai Presiden Indonesia Pertama.
“Zaman hari ini setiap orang Indonesia, bisa makan ayam, makan telur tiap hari bisa. Zaman dulu kalau makan telur, oh jangan harap, telur itu dimakan satu itu tidak mungkin, hampir tidak mungkin,” kata Roy Marten di kanal Marten and Friend dikutip Kompas.com, Sabtu (11/7/2020).
Baca: Roy Marten Heran Dua Anak Laki-lakinya Masih Jomblo
Zaman dulu, pembagian telur pada saat pesta menandakan kelas ekonomi sebuah keluarga.
“Telur, kalau ada pesta, dibagi dua itu orang kaya, kalau dibagi empat itu orang sedang, kalau orang bawah telur dibagi delapan atau enam dan itu telur Jawa, telur kampung,” kata Roy Marten.
Roy mengatakan, orang Indonesia sekarang bisa langsung ternak ayam sampai ribuan ekor, berbeda dengan zaman dulu.
“Kalau Papa enggak bisa (makan ayam, telur setiap hari), karena apa, ayam Jawa, ayam kampung itu enggak bisa diternak, begitu ditandain enggak bertelur, disuruh bertelur enggak mau ngambek,” tutur Roy.
Terdiri dari enam bersaudara, Roy menuturkan saat itu keluarganya masih terbilang berkecukupan.
“Kita termasuk cukuplah, tapi enggak setiap hari,” ujarnya.
Baca: Mulai Aktif Bikin Konten Youtube, Roy Marten Klaim sebagai Youtuber Tertua di Indonesia
Baca: Cerita Roy Marten Diabaikan Artis-artis Muda Ketika Ajak Mereka Kolaborasi Bikin Konten YouTube
Keseruan masih berlanjut ketika Roy mengatakan, mengonsumsi daging ayam dibutuhkan tiga peristiwa besar.
“Pertama, Lebaran, Lebaran semua makan ayam, sebuah kemewahan bisa makan ayam. Yang kedua kalau kita sakit,supaya mau makan, kan enggak doyan makan. Yang ketiga adalah kalau ayamnya yang sakit,” kata Roy sambil tertawa.
Zaman itu, kata Roy, sebelum merdeka banyak orang Indonesia yang mengonsumsi bulgur, makanan untuk kuda.
“Bulgur adalah makanan untuk kuda, bayangin. Nasi merupakan kemewahan yang sungguh luar biasa,” tuturnya.
Meskipun tidak merasakan, Roy banyak melihat tetangga-tetangga yang mengonsumsi bulgur.
“Keluarga kita sih enggak, cuma tetangga-tetangga makan bulgur,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Roy Marten: Zaman Dulu Makan Telur, Oh Jangan Harap