Sebenarnya selain menekuni dunia seni, Benyamin Sueb juga sempat menimba ilmu dan bekerja di lahan serius diantaranya mengikuti Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan dan Pembinaan Ketatalaksanaan (1960), Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), Kursus Administrasi Negara (1964), bekerja di Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960), Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1969), dan Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969).
Perjalanan
Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin Sueb dengan satu grup Naga Mustika.
Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.
Baca: Potensi Museum Benyamin Sueb Akan Dikembangkan
Duet Ida Royani
Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin Sueb.
Dalam perkembangannya, duet Benyamin Sueb dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling populer pada zamannya di Indonesia.
Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar.
Sampai-sampai Lilis Suryani, salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.
Gambang Kromong
Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern.
Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.
Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jati dirinya.
Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).
Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari.
Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran.
Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin Sueb menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.
Pasca Duet
Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya.
Ia menggaet Inneke Koesoemawati dan berhasil merilis beberapa album, di antaranya Nenamu dengan tembang andalan seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Pelajan Toko.
Dunia Film
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin Sueb mendapatkan kesempatan untuk main film.
Kesempatan itu tidak disia-siakan.
Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Si Doel Anak Betawi serta Intan Berduri (1972) yang disutradari Sjumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya.
Dalam Intan Berduri, Benyamin Sueb mendapatkan piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.
Baca: Mengenal Aman Datuk Madjoindo, Sastrawan Minang Penulis Kisah Si Doel Anak Betawi
Detik Akhir
Pada akhir hayatnya, Benyamin Sueb juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan.
Selain main sinetron atau film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Rock Al-Hajj bersama Keenan Nasution.
Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.
Kontribusi Seni
Dalam dunia musik, Bang Ben, begitu ia kerap disapa, adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong.
Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular.
Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia.
Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karier musik Benyamin, malahan kebalikannya.
Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.
Meninggal Dunia
Benyamin Sueb yang telah empat belas kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia setelah koma beberapa hari seusai main sepak bola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung.
Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.
Ini dilakukan sesuai wasiat yang dituliskannya, agar dia dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet yang dia anggap sebagai guru, teman, dan sosok yang sangat memengaruhi hidupnya.
Bens Radio 106.2 FM
Benyamin Sueb mendirikan Radio FM dengan nama Bens Radio.
Radio ini didirikan oleh Benyamin Sueb pada 5 Maret 1990.
Bens Radio adalah unit Enikom Network dengan format radio etnik, yaitu radio yang menggali potensi budaya Betawi, agar audience dapat merasakan budayanye sendiri, berkesenian dengan tradisinye sendiri, bertutur dan berdialog dengan bahasanya sendiri.
Budaya dan etnik Betawi terus menerus berdaptasi dengan perubahan zaman, seiring dengan perubahan karakter audience dan percepatan teknologi serta gaya hidup.
Program radio etnik dikemas dalam balutan kreatif budaya masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
Dijadikan Nama Jalan
Pada tanggal 6 Desember 1995, Pemerintah DKI Jakarta mengabadikan nama Benyamin Sueb sebagai nama jalan di daerah Kemayoran.
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Google Doodle Benyamin Sueb, Siapa Dia? Hasilkan 75 Album Musik dan 53 Film