TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Sigap Sosial Kemanusiaan (GASSAK) resmi melaunching Film "Rumah di atas Pasir" yang menceritakan kesadaran dan pentingnya tolerasi di NKRI, Rabu (17/03/2021).
Film cerita tolerasi dari Gunung Kidul merupakan inisiasi dari gerakan membangun sisi sosial dan kemanusiaan dalam menjaga keamanan, ketertiban masyarakat.
Hal ini didasari bahwa tidak hanya lembaga negara seperti Polri dan TNI yang aktif menjaga tolerasi akan tetapi toleransi juga harus bersuara dari kelompok-kelompok masyarakat yang sadar akan keutuhan bangsa dan negara.
Bersama dengan Aliansi Bela Garuda "Film Rumah Di Atas Pasir" dikonsep awal bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa radikalisme dan intoleransi di masyarakat sangat berbahaya bagi keamanan dan ketertiban masyarakat.
"GASSAK meyakini dengan mengumandangkan Toleransi melalui kegiatan-kegiatan berbasis seni dan budaya, terus bergerak mengembangkan pola dan strategi agar isu-isu Toleransi dapat dipahami dan diresapi sehingga menjadi kebiasaan dan kesadaran kolektif dalam berbangsa dan bernegara," ungkap Ketua GASSAK, Ahmad Fathoni.
Dikatakannya bahwa ide pembuatan film ini berawal dari semangat dan kepedulian terhadap toleransi. Baik perbedaan agama, suku, ras dan perbedaan pendapat.
"Dari rekan-rekan yang diwadahi oleh Aliansi Bela Garuda (ABG) dan beberapa elemen termasuk GASSAK yang masuk dalam salah satu elemennya ABG mempunyai visi - misi yang sama yang kemudian membuat sesuatu sosialisasi mengajak masyarakat melalui pesan dalam film," jelasnya.
Menurutnya, film tersebut memuat pesan, salah satunya adalah membangun dan memupuk yang namanya toleransi. Kalau tak mendasari toleransi, ditakuti akan muncul intoleran dalam beragama yang berujung aksi anarkis seperti radikalisme.
"Sehingga GASSAK tergugah untuk menyempaikan pesan toleransi kepada masyarakat," tuturnya.
Ketua yang akrab disapa Anton itu juga menegaskan bahwa GASSAK percaya kerukunan dan toleransi antar sesama merupakan sumbangan besar umat dalam menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa, serta lajutnya pembangunan.
Untuk itu penekanan kerukunan hidup dan toleransi antar sesama hendaknya diletakkan pada upaya terbentuknya kerukunan dinamis, produktif, otentik yang bercorak toleransi positif dan berwawasan nasional.
"Perbedaan faham, pendapat dan pemikiran jangan membuat kita pecah tetapi hal itu merupakan rahmat bila kita dapat menggalinya, dan masalah keyakinan adalah persolan yang tidak dapat dipaksakan dan merupakan Hak Asasi Manusia yang paling asasi yang harus dihargai," ujarnya.
Anton juga mengungkapkan kalau GASSAK akan selalu mensukseskan dan mendukung pembangunan yang akan datang serta dalam rangka pro aktif dengan TNI POLRI dalam menjaga Kamtibmas NKRI untuk selalu dalam suasana kondusif, aman dan terkendali.
Menurutnya, hal ini agar setiap pemeluk agama, suku, ras dan adat istiadat pada masing-masing daerah dapat menjalankan ajaran agamanya, adat istiadatnya dan mampu mambawa daerah, suku, rasnya dengan sebaik-baiknya.
"Dengan mengucap 'Toleransi Harga Mati NKRI' maka pemutaran Film Pendek dengan judul 'Rumah Di Atas Pasir' kami persembahkan," tuturnya.
Terakhir, tak lupa Anton sebagai ketua mewakili GASSAK memberikan apresiasi yang tinggi atas peran besar TNI-Polri dalam menjaga Kamtibmas menjadi lebih kondusif lagi. Sebab, TNI-Polri adalah Garda terdepan menjaga ketertiban bangsa.
"Kehidupan beragama saat ini dalam suasana yang sangat kondusif, ini semua karena peran tokoh/pemuka agama dan majlis agama dari masing-masing agama serta kita tidak bisa menutup mata besarnya peran TNI POLRI dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat," paparnya.