Apa yang harus kita lakukan, bagaimana kita menyiasati ini.
Sudah banyak diskusi yang dilakukan oleh teman-teman musisi, artis, organisasi pemusik, pengarang lagu, kadang-kadang kita mengundang pejabat yang berkepentingan.
Yang punya kebijakan menyangkut harkat hidupnya musisi. Pernah mengundang Pak Dirjen Hak Cipta, Menteri Pariwisata Pak Sandiaga Uno.
Banyak seperti itu dilakukan. Tapi yang masih kita tunggu langkah yang tegas dan koordinatif antara lembaga-lembaga pemerintah yang terkait soal profesi musik.
Ada banyak peraturan di masing-masing lembaga ini. Kadang-kadang itu tidak bisa dipegang.
Kita pikir ada aturan dari Pariwisata sudah oke, wah kita bisa panggung, tapi dari sisi kepolisian, Pemda bagaimana. Wah panjang urusannya.
Kita masih tunggu koordinasi yang lebih baik dan tegas. Akhirnya kan show-show digital online berharap dapat sumbangan dari penonton. Tapi itu kadang-kadang menurun juga animo orang.
Karena energi orang yang menonton online kan beda. Dengan nonton langsung. Saya masih berharap dalam batas-batas tertentu, protokol ketat, kita masih bisa lihat penampilan itu dilakukan.
Ya mungkin bisa dimulai jenis musik tertentu.
Misalnya musik klasik, jazz, pop. Teman-teman yang di ranah musik, rock, metal, punk, mesti menunggu. Karena jenis penontonnya lebih agresif. Kecuali bisa dibuat kalem.
Bagaimana musisi memanfaatkannya?
Sekarang ini ya dalam masa pandemi ini, musisi yang masih baru mulai sebaiknya manfaatkan periode ini untuk memantapkan kemampuan. Misal dipakai latihan sebanyak mungkin, kreasi, untuk menghasilkan album bagus.
Begitu periode selesai, teman-teman musisi sudah lebih hebat. Jangan sama dong. Kita sebenarnya semua tiarap.
Saya rasa masa periode Covid ini kita bisa lihat siapa yang akan menjadi musisi berdedikasi, survive, dan mana yang duluan menyerah.