News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cegah Kanker Payudara Lewat Skrining dan Deteksi Dini

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi waspadai gejala awal kanker payudara selain benjolan yang muncul.

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dokter Spesialis Beda Onkologi, dr. Bob Andinata, Sp.B(K). Onk., mengatakan tingginya angka penderita kanker payudara di Indonesia seharusnya mendorong masyarakat, khususnya kaum perempuan untuk lebih peduli terhadap kesehatannya.

"Ini nggak main-main kanker payudara ini, jadi semua perempuan harus tahu tentang skrining dan deteksi dini kanker payudara," ujar dr. Bob, dalam webinar series bertajuk 'Quality Life After Breast Cancer', Jumat (15/10/2021).

Ia pun menyampaikan pentingnya melakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) bagi tiap perempuan agar bisa mendeteksi gejala timbulnya penyakit ini sejak dini.

Baca juga: Kanker Payudara Jadi Penyakit Paling Banyak Dialami Perempuan Indonesia

Menurut riset Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2016, tingkat penetrasi (SADARI) mencapai 46,3 persen, sedangkan Pemeriksaan Payudara secara Klinis (SADANIS) hanya mencapai 4,4 persen.

Sementara itu, dari data yang tercatat terkait 10 besar kasus baru di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode 2020 menunjukkan kanker payudara sebagai penyakit dengan jumlah kasus paling tinggi yakni mencapai 1.137.

Sedangkan pada urutan kedua adalah kanker serviks sebanyak 332 kasus, lalu kanker paru menempati urutan ketiga dengan 249 kasus.

Dokter Spesialis Bedah Onkologi, dr. Bob Andinata, Sp.B(K). Onk., dalam Pink Webinar series bertajuk 'Quality Life After Breast Cancer', Jumat (15/10/2021). (tangkapan layar)

Urutan selanjutnya adalah nasofaring, tiroid, prostat, kandung kemih, ovarium, kolon dan rektum.

Sebelumnya, Ahli Bedah Onkologi dan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI), Dr. Walta Gautama, Sp.B (K). Onk., mengatakan sebagian besar pasien kanker payudara yang datang ke rumah sakit telah memasuki kondisi stadium lanjut, angkanya pun masih berada pada kisaran 70 persen.

Padahal jika penyakit ini terdeteksi lebih awal, maka akan ada lebih banyak opsi perawatan yang dapat dipilih pasien.

Begitu pula dengan kesempatan untuk bertahan hidup yang juga akan lebih besar.

Bahkan jika terdeteksi pada stadium awal, angka harapan hidupnya bisa mencapai 95 persen.

Dengan demikian, secara tidak langsung juga akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan menekan angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia.

"Oleh karena itu, melakukan SADARI penting dilakukan oleh setiap perempuan Indonesia agar bisa mengetahui sejak dini apabila terjadi perubahan pada payudaranya," kata Dr. Walta, dalam virtual launching Charm Extra Maxi Pink Ribbon bertajuk 'Mendukung Kegiatan Pink Ribbon Pertama Kalinya Dalam Industri Pembalut Wanita, Untuk Meminimalkan Angka Kematian Akibat Kanker Payudara', Rabu (6/10/2021).

Dr. Walta menambahkan, langkah sederhana ini bisa dilakukan pada waktu tertentu bagi mereka yang masih mengalami menstruasi maupun menopause.

"SADARI ini sendiri bisa dilakukan secara teratur setiap bulannya. Dilakukan pada hari ke 7 hingga 10 setelah hari pertama menstruasi, atau tanggal tertentu untuk yang sudah menopause," jelas Dr. Walta.

Sementara itu seorang penyintas kanker payudara, dr. Khairatu Nissa Rangkuti turut menegaskan pentingnya deteksi dini.

Menurutnya, gerakan SADARI yang dilakukan secara sederhana ini bisa menjadi penanda apabila terjadi perubahan pada payudara.

Jika memang ada perubahan, maka bisa segera melakukan konsultasi ke dokter serta mendapatkan perawatan yang tepat.

"Sehingga secara tidak langsung deteksi dini termasuk gerakan SADARI atau periksa payudara sendiri ini dapat membantu meminimalkan angka kematian akibat kanker payudara dan mengurangi jumlah pasien kanker payudara," tegas dr. Khairatu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini