“FSM adalah festival film yang mendemokratisasi, sehingga teman-teman yang berada di akar rumput bisa tampil memegang alih pertumbuhan industri film,” papar Sandiaga.
Semua peserta FSM akan mendapat tempat setara sehingga para sineas muda tidak perlu takut untuk ikut serta.
“Ajang ini membuka kesempatan luas bagi sineas daerah untuk unjuk diri, karena setiap karya memiliki keunikan masing-masing yang mencerminkan keberagaman budaya masyarakat Indonesia,” jelas Sandiaga.
"Begitu banyak ruang produksi, tetapi begitu sedikit ruang apresiasi dan FSM adalah salah satu ruang apresiasi untuk komunitas yang sedang bertumbuh seperti kami," ujar Iman Plezz, pendiri dan pembina komunitas Indie Positif menambahkan.
Menurut dia hal ini sangat penting karena apresiasi adalah hal terberat setelah produksi.
Melalui FSM, Sandiaga berharap agar film pendek karya sineas daerah mampu bersaing dan menjadi kebanggaan dalam industri perfilman Indonesia di masa depan. "Karena MAHAKARYA akan selalu menemukan jalannya," katanya.