TRIBUNNEWS.COM - Tak hanya dikenal lewat bisnisnya, Shandy Purnamasari, sosok dibalik jenama MS Glow juga kerap menginspirasi sekitarnya. Lewat komunitas Perempuan Level Up, Shandy memberikan apresiasi kepada para perempuan.
Bertepatan dengan Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April, Shandy Purnamasari salah satu pebisnis dan filantropis wanita yang sekaligus founder Perempuan Level Up mengundang para wanita dari beragam profesi sebagai 10 Kartini versi Perempuan Level Up.
Acara yang diadakan di J99 Tower dan disiarkan secara LIVE melalui Instagram @shandypurnamasari dan @perempuanlevelup tersebut bertujuan mengapresiasi para wanita yang menjadi sosok istimewa berkat kemandirian, value, dan inspiratif lewat pekerjaan yang mereka lakukan.
Penghargaan diberikan kepada wanita yang datang dari berbagai profesi, mulai dari bidan, perias, ibu lurah, penulis program TV, asisten rumah tangga, buruh cuci, penjual sayur, penjahit, guru mengaji serta pengemudi ojek online wanita.
“Kami ingin memberikan apresiasi pada mereka yang berharga dan berjasa sekecil apapun kontribusi mereka, tetaplah mereka bernilai tidak untuk diri sendiri, tetapi juga orang lain," kata Shandy Purnamasari.
Shandy juga bercerita bahwa dibalik terbentuknya komunitas Perempuan Level Up yang bertepatan pada hari perempuan internasional (8/3/2022) lalu ini adalah untuk memotivasi perempuan supaya lebih punya value, berani, independen dan mandiri karena perempuan di Indonesia tetap harus meneruskan perjuangan yang sudah ada sejak digaungkan oleh RA Kartini.
Seperti yang telah dilakukan oleh Ibu Sari, seorang ART dan Halimah yang berprofesi sebagai penjahit sejak 30 tahun lalu yang tetap konsisten dalam pekerjaannya dan terus berjuang untuk diri sendiri dan keluarganya.
“Dari mereka saya belajar bahwa perempuan profesinya macam-macam, pokoknya banyak banget dan saya melihat bahwa profesi mereka pekerjaan mulia,” ujar Shandy.
Shandy menegaskan bahwa perempuan harus percaya diri karena perempuan punya value-nya masing-masing.
Maka dari itu, Shandy Purnamasari mendirikan Perempuan Level Up untuk memfasilitasi para perempuan dengan menyediakan wadah untuk belajar secara gratis.
Shandy mengatakan bahwa wanita sudah seharusnya menjadi sosok yang mandiri, memiliki value dan tidak bergantung pada siapapun. Ia juga ingin sekali membekali para perempuan dengan beragam kemampuan dasar.
Melalui Perempuan Level Up, Shandy berharap bahwa komunitas ini nantinya akan menjadi sebuah zona aman dan nyaman yang menjadi sarana untuk saling berbagi dan menguatkan sesama perempuan.
Ke depannya, secara rutin, Perempuan Level Up akan memfasilitasi berbagai kelas dan seminar khusus bagi para wanita. Beragam kegiatan juga akan diadakan demi membekali para wanita lewat kelas Pengenalan Diri, Kelas Bisnis Dasar dan kelas Sosial Media.
Tak hanya itu, nantinya akan ada kegiatan lain yang diadakan sesuai permintaan anggota seperti kelas belajar make up dan masih banyak kelas lainnya yang akan mulai dilakukan berkala pada bulan Mei mendatang.
Berikut daftar 10 Kartini versi Perempuan Level Up:
1. Rousantya (29 tahun) Bidan
Seorang Bidan yang bekerja di rumah sakit swasta ini telah membantu menangani lebih dari 500 kelahiran. Rousantya juga pernah membantu kelahiran ibu-ibu tuna wisma secara cuma-cuma sampai proses pemulihannya sempurna.
2. Yelis Safitri (30 tahun) Penulis Program TV
Yelis adalah seorang perempuan muda yang bekerja sebagai penulis. Baginya profesi penulis sering sekali diabaikan padahal, penulis adalah batang tubuh sebuah karya.
3. Dwina Aggita Lubis (33 tahun) Make up Artist
Perempuan yang disapa Gita ini sudah menekuni dunia tata rias selama 8 tahun. Di era pandemi, pekerjaannya nyaris tidak menghasilkan namun dirinya tetap semangat dan menekuni profesinya, serta mencari peluang baru dengan membuka kelas-kelas make up.
4. Tirkem (45 tahun) Buruh cuci
Ibu Tirkem mulanya adalah pengusaha warteg yang kemudian terlibas pandemi. Akhirnya dirinya menyambung kehidupan dengan menjadi buruh cuci di komplek perumahannya untuk menghidupi keluarganya.
5. Halimah (60 tahun) Penjahit
Sudah menjadi penjahit sejak tahun 1978, Halimah merasa bersyukur dengan talenta yang dimiliki karena dirinya dapat membiayai keluarganya bahkan sejak suaminya sudah tidak lagi memiliki penghasilan selama puluhan tahun. Halimah berperan sebagai ibu dan pencari nafkah.
6. Eka (31 tahun) Pengemudi Ojek Online
Eka adalah mantan pekerja instansi pemerintah yang dirumahkan. Dirinya menjajal sebagai pengemudi ojek online karena ratusan surat lamarannya tidak ada yang menerimanya. Eka merasa lebih baik tetap bekerja meski resikonya sangat tinggi.
7. Sari (46 tahun) Asisten Rumah Tangga
Sari adalah asisten rumah tangga yang menghidupi keluarganya. Dirinya merasa bahagia menjalani perannya meski ada beberapa cibiran yang diterimanya, Sari tetap semangat karena dirinya memiliki pekerjaan yang halal.
8. Anita (50 tahun) Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum
Sebagai orang tua tunggal, Afifah merasa sangat bersyukur tetap mendapatkan pekerjaan sebagai petugas PPSU. Meski lelah dan letih, Anita menjalaninya dengan sepenuh hati
9. Afifah (50 tahun) Penjual Sayur
Afifah sudah menjadi penjual sayur sejak 30 tahun lalu. Dirinya merasa sering diremehkan tetapi bagaimanapun juga pekerjaan ini adalah satu-satunya sumber pendapatan keluarga.
10. Sri Widyastuti (53 tahun) Guru Mengaji
Seorang guru mengaji yang juga kini berperan sebagai pencari nafkah keluarganya. Selain itu, Tuti juga sering memberikan kelas mengajar gratis untuk anak-anak di sekitar rumahnya.