Dikutip dari Kompas.com, Kadir menjalani kehidupan yang keras saat menjadi anggota kelompok seni ludruk.
"Makan sehari sekali? Sering sekali, kita gajian mengandalkan penonton."
"Begitu kita mau main sore, misalnya, hujan deras, siapa yang mau nonton?"
"Enggak ada pemasukan," ungkapnya.
Bahkan, Kadir menuturkan bahwa uang yang didapat tak cukup untuk membeli makan, walaupun hanya untuk sekali makan.
"Minimal kalau main ramai, malam Minggu itu bisa makan dua kali," tuturnya.
Akhirnya, Kadir membuat nasi liwet bersama teman-temannya.
Hal tersebut dilakukan demi mengatasi keterbatasan ekonomi.
Berjualan permen tape sambil sekolah demi ringankan beban ibu
Kadir harus membantu sang ibu saat ayahnya telah meninggal.
Masa-masa itu adalah masa-masa pahit dalam hidupnya.
"Saya kelas 4 SD, abah saya meninggal, saya panggil bapak saya itu abah."
"Tinggal ibu saya yang tidak pernah kerja, kebingungan."
"Mau tidak mau saya membantu," ujarnya.