Pertemuan orang-orang pahit ini menciptakan bom waktu yang siap meledak di babak akhir.
Alur film ini lambat namun detail. Perkara naik tangga hingga menunduk saja, dibingkai dengan teliti dan diberi waktu untuk membangun mood.
Saing Il Lee membuat intisari dunia Wandering lewat sinematografi yang cenderung remang-remang. Siang dibuat murung karena mendung.
Senja tak pernah muncul dengan lanskap surya terbenam. Benderang hanya muncul sekelebat.
Kondisi ini memaksa penonton yang terbiasa dengan alur para tokoh. Teknik ini berhasil.
Audiens diposisikan tak 100 persen mengenal karakter.
Bahkan, 15 menit sebelum cerita berakhir pun, penonton baru tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Fumi.
Anda ditempatkan sebagai saksi kunci. Orang-orang di sekitar tokoh utama malah tidak tahu detail kejadian. Inilah tugas berat Anda
Menariknya film ini, Yuu Nagira dan Sang Il Lee tak memihak pada tokoh-tokoh kunci dalam Wandering. Mereka objektif dengan tak membenarkan (dugaan) pedofil.
Tetap memihak pada cinta seraya berempati pada kondisi psikis ketiga tokoh utama. Di ujung, Sang Il Lee membiarkan para tokoh melepas beban hidup karena pada dasarnya setiap insan berhak bahagia dengan cara masing-masing.
Wandering memaknai disfungsi keluarga, getirnya hidup, rumitnya cinta, pengenalan diri, pengejaran kebahagiaan, dan paling penting: sikap tegas menolak segala bentuk kekerasan.
Film Wandering tidak dapat disaksikan dilayar bioskop. Namun, penggemar film Jepang dapat menyaksikan film yang didasari novel karya Yuu Nagira ini secara legal lewat platform streaming KlikFilm.
Menghadirkan tiga bintang baru yakni Suzu Hirose, Tori Matsuzaka, serta Ryusei Yokohama, Wandering sebenarnya telah rilis di negara asalnya pada Mei 2022.
Film tersebut mendapatkan kritik positif dari pemerhati film.
Meski menghadirkan pemain baru, film Wandering tetap didukung oleh orang-orang terbaik dibidangnya, diantaranya adalah tata musik dipoles Marihiko Hara, dan Sinematografinya digarap Hong Kyung Pyo yang mendunia bersama Parasite, film terbaik Oscar 2020.