Prosesi itu merujuk pada upacara pernikahan yang dilakukan keluarga Kraton Ngayogyakarta.
Wigung menegaskan, meski upacara pernikahan itu mirip dengan pernikahan putri mahkota kraton, namun terdapat transisi yang membedakan antara pakem kraton dan masyarakat umum.
"Itu sudah menjadi semacam protap kami. Dimana ini kraton, ini masyarakat umum dan mana transisionalnya yang bisa digunakan, tidak madani (sama persis) kraton tetapi ada refrensi karena judulnya adalah upacara adat panggih Yogyakarta. Tentu kami tidak bisa lepas dari kraton sebagai sumber budaya," ujarnya.