Terpisah, Owner Wedding Organizer Pengantin Production, Dani Wigung mengungkapkan acara semaan Alquran dan pengajian berjalan lancar. Setelah ini, ia akan melakukan penataan tempat untuk siraman.
"Malam ini reset untuk dekorasi dan penataan tempat, siraman calon pengantin putri jam 09.00, begitu pula di Surakarta mas Kaesang juga akan siraman jam 9. Sumber air yang digunakan untuk siraman mbak Erina dan mas Kaesang sama,"ungkapnya.
Beda Prosesi Siraman
Meski sama-sama menkalani prosesi siraman dan midodareni dalam adat Jawa Kaesang dan Erina akan melakukan prosesi siraman yang berbeda.
Sebab, keduanya berasal dari dua wilayah berbeda. Kaesang dari Solo. Sedangkan Erina dari Yogyakarta.
Baca juga: 7 Sumber Mata Air yang Digunakan untuk Prosesi Siraman Kaesang Pangarep
"Yang di Jogja, (adat) Jogja, yang di Solo, (adat) Solo. Siraman saya pakai Solo, midodareni saya juga pakai Solo. Dari keluarga Erina Jogja. Prosesi nanti akad terus panggih, setelah itu resepsi kecil untuk foto-foto yang hadir di sini (Pendopo Royal Ambarrukmo), kan kebetulan juga cuma hanya 150 undangan di sini," kata Kaesang Pangarep.
Apa bedanya Siraman Yogyakarta dan Siraman Solo?
Dalam adat Jawa, pernikahan terbagi menjadi dua yakni Keraton Surakarta, Solo dan pernikahan adat Keraton Yogyakarta.
Seperti yang dilakukan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono, karena keduanya berasal dari dua kota berbeda, maka pasangan ini pun harus mengikuti adatnya masing-masing.
Memang secara garis besar prosesi upacaranya terlihat sama.
Namun, cara dan rinciannya pun bisa sepenuhnya tidak sama.
Rangkuman Tribunjogja.com dari berbagai sumber, prosesi siraman dalam adat Keraton Surakarta berjumlah sembilan, yang bermakna agar kita mengenang keluhuran Wali songo.
Baca juga: Jenderal Andika Perkasa Cek Pengamanan Lokasi Pernikahan Kaesang-Erina, Penampilannya Jadi Sorotan
Jelang pernikahan, Kaesang Pangarep mengaku sudah tidak sabar akan satu rumah dengan Erina Gudono. (Instagram @kaesangp)
Sedangkan pada adat Keraton Yogyakarta siraman berjumlah tujuh yang memiliki makna pitulung yang artinya dapat memberikan pertolongan.
Pada prosesi adat Keraton Surakarta, setelah upacara siraman selesai dilanjut dengan upacara dodol dawet.