News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Remy Sylado Meninggal Dunia

Mungkin Firasat, Remy Sylado Singgung Kematiannya Sebelum Berpulang, Ucapkan Maaf pada Sang Istri

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sastrawan, Remy Sylado.

TRIBUNNEWS.COM - Sastrawan besar Remy Sylado meninggal dunia, Senin (12/12/2022). Tak hanya keluarga, banyak orang merasakan kehilangan.

Dua hari sebelum menghembuskan napas terakhir, Remy seperti punya firasat.

Sastrawan bernama asli Japi Panda Abdiel Tambajong meminta maaf kepada sang istri Maria Louise atau dikenal sebagai Emmy Tambajong.

"Dia bilang minta maaf dan sepanjang malam omong terus, 'tolong doakan saya'," ucap Emmy seperti diberitakan Kompas.com.

Remy Sylado bahkan sudah menyinggung tentang kematian.

"Dua hari sebelumnya dia omong, 'mungkin saya enggak di sini lagi. Maafkan saya.' Tapi saya bilang, kita berdoa kita masih bisa merayakan Natal, jadi masak ketupat," lanjutnya.

Masih berkreativitas dalam sakitnya

Meski dalam kondisi sakit, daya kreativitas dan semangat menulis Remy Sylado tak juga luntur.

Ada satu naskah yang sedang dibuat oleh Remy sebelum dia meninggal dunia.

Naskah itu berjudul Brower, cerita tentang tentara Belanda dan tentara Jepang pada era penjajahan di Indonesia.

Baca juga: Nini El Karim Sebut Sastrawan Remy Sylado sebagai Harta Luar Biasa Bagi Indonesia

"46 tahun selama saya menjadi istrinya, dia kalau ngetik tidak bisa diganggu. Padahal ada cerita bagus loh. Ceritanya tentang tentara Belanda, judulnya Brower," tutur Emmy Tambajong.

Emmy menyebut, cerita tersebut menjadi relevan dan dekat karena dia dan Remy pernah tinggal di Semarang, latar tempat dalam naskah tersebut.

Pada hari-hari menjelang kematiannya, cerita itu seperti menjadi beban Remy sebagai penulis novel.

"(Naskah itu) belum digarap, setiap kali wartawan ke sini, dia cerita. Kisah itu masih jadi beban dia," tutur Emmy.

"Selama dia sakit, dia membuat catatan-catatan kecil. Jadi walaupun dia stroke, daya ingatnya luar biasa," lanjutnya.

Suasana pemakaman jenazah sastrawan Remy Sylado di TPU Menteng Pulo, Selasa (13/12/2022). (Tribunnews.com/ Alivio)

Kronologi Remy meninggal dunia

Maria Louise atau Emi menerangkan momen sebelum sang suami sastrawan Remy Sylado meninggal dunia, Senin (12/12/2022).

Pagi, sebelum menghembuskan napas terakhir, Remy sempat sarapan. Ia minum kopi susu.

"Dan jam 10, beberapa menit sebelum dia hilang, saya masih sempat nyuapi kue talam," tutur Emi, saat dijumpai di TPU Menteng Pulo, Jakarta, Selasa (13/12/2022). 

Napas sastrawan pemilik nama asli Japi Panda Abdiel Tambajong itu mendadak tersengal-sengal.

"Sesudah itu kok napasnya mulai satu-satu ya dan ngomongnya juga sudah pelo,"  lanjut Emi.

Emi juga menceritakan kondisi Remy pada malam sebelum suaminya meninggal dunia.

Remy, menurut dia, berteriak kesakitan.

Baca juga: Fadli Zon Sampaikan Kabar Duka, Sastrawan Remy Sylado Meninggal Dunia

"Sepanjang malam sebelum dia meninggal perutnya membesar, malam itu dia teriak, 'sakit sakit'," tutur Emi.

"Saya bilang ke dia, 'ya sudah besok saya panggil ambulans, kita ke UGD rumah sakit Duren Sawit', karena biasa emang dia dirawat di situ."

"Tapi dia nggak mau katanya, takut ditusuk-tusuk (jarum infus) lagi," terangnya saat ditemui usai pemakaman di TPU Menteng Pulo, Selasa (13/12/2022).

Di malam tersebut, pemain film 'Tinggal Sesaat Lagi' itu pun memanjatkan doa agar diberi kesembuhan.

"Sepanjang malam dia hanya memanggil, 'Tuhan Yesus tolong sembuhkan aku', sepanjang malam, terus 'tolong doakan saya'," ujar Emi.

Peristirahatan terakhir Remy

Jenazah Remy Sylado dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta Selatan, Selasa (13/12/2022) pukul 11.00 WIB.

Sebelum dimakamkan, keluarga telah menggelar misa requiem, Senin, pukul 19.30 WIB.

Setelah itu, telah dilangsungkan ibadah tutup peti sebelum jenazah Remy Sylado dimakamkan.

Penulis novel Kerudung Merah Kirmizi itu meninggal dunia setelah tiga kali terkena stroke. Sebelum stroke, Remy Sylado diketahui sakit dalam beberapa bulan terakhir.

Remy sempat dibawa dibawa ke RS Tarakan setelah Anies Baswedan menjenguknya. Remy juga sempat menjalani operasi hernia.

Suasana pemakaman jenazah sastrawan Remy Sylado di TPU Menteng Pulo, Selasa (13/12/2022). (Tribunnews.com/ Alivio)

Profil 

Remy Sylado lahir di Malino, Makassar, Sulawesi Selatan pada 12 Juli 1945.

Remy Sylado memiliki nama lengkap Yusbal Anak Perang Imanuel Panda Abdiel Tambayong atau Yapi Panda Abdiel Tambayong.

Ia terlahir dari pasangan suami-istri, Johannes Hendrik Tambayong dan Juliana Caterina Panda.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Remy Sylado memiliki bakat dalam menulis kaligrafi Arab.

Selain itu, Remy Sylado memiliki bakat dalam dunia seni peran.

Masa kecilnya, Remy pernah menjadi tokoh drama ketika berumur empat tahun sebagai seekor domba di kandang natal.

Remy pun pernah bermain drama berjudul "Midsummer Night's Dream" karya Shakespeare.

Perjalanan Karier

Dikutip dari TribunnewsWiki.com, Remy Sylado mengawali kariernya sebagai seorang penulis.

Pada tahun 1963, Remy menjadi seorang wartawan dari surat kabar Sinar Harapan.

Dua tahun kemudian, Remy Sylado menjadi redaktur Harian Tempo Semarang.

Remy juga pernah menjadi redaktur Tempo Semarang hingga tahun 1966.

Setelah itu, Remy Sylado dipercaya mengemban tugas sebagai redaktur Majalah Aktuil di Bandung pada tahun 1970.

Hingga Remy menjadi seniman yang serba bisa.

Ia menjalani berbagai profesi, yakni penyair, novelis, cerpenis, dramawan, kritikus sastra, pemusik, penyanyi, penata rias, aktor, ilustrator, wartawan, dan dosen.

Remy dikenal sebagai pelopor puisi Mbeling. Puisi Mbeling merupakan gerakan Mbeling yang dicetuskan Remy Sylado.

Gerakan Mbeling adalah suatu gerakan yang dimaksudkan mendobrak sikap rezim Orde Baru.

Benih gerakan ini mulai dikenalkan oleh Remy Sylado pada tahun 1971, ketika ia mementaskan dramanya berjudul Messiah II di Bandung.

Namun, pada waktu itu, istilah Mbeling belum diperkenalkan.

Istilah tersebut, baru dipopulerkan pada tahun 1972 saat Remy mementaskan dramanya "Genessis II di Bandung".

Riwayat Pendidikan

Remy Sylado mengenyam pendidikan sekolah dasarnya di Makasar.

Pada tahun 1954, Remy melanjutkan sekolahnya ke Semarang dan lulus SMA tahun 1959.

Di Semarang, ia sempat bermain drama berjudul "Midsummer Night's Dream" karya Shakespeare.

Setelah lulus SMA, Remy belajar di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), Solo, dan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), Solo pada tahun 1959-1962.

Kemudian, ia masuk ke pendidikan di Akademi Bahasa Asing (Jakarta).

Karya-karya Remy

Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan ini mulai menulis saat usianya 16 tahun.

Dikutip dari kemdikbud.go.id, guru bahasa Indonesianya kala itu berperan besar dalam mendorong semangat Remy Sylado menulis.

Tak hanya itu, kegemarannya membaca sejak kecil turut mendukung keberhasilan Remy Sylado dalam menulis.

Menurut Remy Sylado, sebuah novel harus dilihat sebagai sebuah kerja riset agar kaya informasi dan tidak menjadi kering.

Gunawan Budi Susanto mengatakan, setelah membaca novel-novel karya Remy, ia memperoleh makna kemanusiaan.

Sebagai novelis, Remy setidaknya telah menulis lebih dari 50 novel, 20 diantaranya novel anak-anak.

Ia juga menulis novel sejarah berjudul Ca Bau Kan.

Novel tersebut berlatar belakang kehidupan pedagang Tionghoa di Jawa, terumata di Betawi, Jakarta.

Berikut deretan karya Remy Sylado:

Puisi

- Kerygma (1999);
- Puisi Mbeling Remy Sylado (2004);
- Kerygma dan Martytia (2004).

Novel

- Gali Lobang Gila Lobang (1977);
- Kita Hidup Hanya Sekali (1977);
- Orexas (1978);
- Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa (1999);
- Kembang Jepun (2002);
- Kerudung Merah Kirmizi (2002);
- Paris van Java (2003);
- Menunggu Matahari Melbourne (2004);
- Sampo Kong (2004);
- Mimi lan Mintuna (2007);
- Namaku Mata Hari (2010);
- Hotel Prodeo (2010).

Drama

- Siau Ling (2001);
- Jalan Tamblong: Kumpulan Drama Musik (2010);
- Drama Sejarah 1832 (2012);

Film

- Tinggal Sesaat Lagi (1986);
- Akibat Kanker Payudara (1987);
- Dua dari Tiga Laki-laki (1989);
- Taksi (1990);
- Blok M (1990);
- Pesta (1991);
- Tutur TInular IV (Mendung Bergulung di Atas Majapahit (1992);
- Capres (2009);
- Bulan di Atas Kuburan (2015);
- Senjakala di Manado (2016).

Penghargaan

Masih dari kemdikbud.go.id, Remy Sylado meraih banyak penghargaan atas karyanya dan pengabdiannya di bidang sastra.

Ia dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden RI pada 2005.

Remy juga pernah mendapatkan Piagam Brawijaya dari Pangdam Brawijaya di tahun 2013.

Juga, penghargaan Achmad Bakrie Bidang Sastra dari Freedom Institute di tahun yang sama.

Berikut ini beberapa penghargaan yang diraih Remy Sylado:

1. Man of Achievement dalam Who's Who in Asia and Pacific (1991);

2. Peraih Khatulistiwa Literary Award: “Kerudung Merah Kirmizi” (2002);

3. Peraih Anugrah Indonesia untuk bidang musik (2008);

4. Aktor terpuji di FFB dalam film “Bintang Idola” (2004);

5. Peraih penghargaan MURI untuk bidang puisi “Kerygma & Martyria” (2004);

6. Peraih Penghargaan Sastra Terbaik Pusat Bahasa dalam “Kerudung Merah Kirmizi” (2006);

7. Peraih Anugrah Indonesia untuk bidang musik (2008)

8. Peraih Sastra Bermutu melalui “Can Bau Kan” dari Komunitas Nobel Indonesia (2011).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini