News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nano Riantiarno Meninggal Dunia

Nano Riantiarno, Pendiri Teater Koma Meninggal Dunia Pagi Ini, Akan Dimakamkan Besok

Penulis: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri sekaligus pimpinan Teater Koma Nano Riantiarno menceritakan tentang sejarah penullisan naskah Teater J.J Sampah-sampah Kota dalam konferensi pers jelang pementasan teater tersebut di Sanggar Teater Koma, Bintaro, Jakarta, Selasa (29/10/2019). Pementasan Teater Koma yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation tersebut akan disutradarai oleh putra Nano, Rangga Riantiarno. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA

Pada tahun 2001, pensiun sebagai wartawan.

Kini berkiprah hanya sebagai seniman dan pekerja teater, serta pengajar di program pasca-sarjana pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) di Surakarta.

Gaungkan Indonesia di Panggung Teater Dunia

Pemain Teater Koma mementaskan lakon bertajuk Savitri di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu (24/3/2021). Pementasan lakon Savitri yang juga saga dari Mahabarata tersebut digelar tanpa penonton dan dapat dinikmati secara virtual melalui kanal YouTube Teater Koma, mulai Kamis (25/3) pukul 19.30 WIB hingga Rabu (31/3) pukul 23.59 WIB. Pagelaran tersebut merupakan kerjasama antara Teater Koma dengan Bakti Budaya Djarum Foundation. TRIBUNNEWS/HO (TRIBUNNEWS.COM/HO)

Aktivitas di Tingkat Nasional dan Internasional
Pada tahun 1975, dia berkeliling Indonesia mengamati teater rakyat dan kesenian tradisi.

Juga berkeliling Jepang atas undangan Japan Foundation pada 1987 dan 1997.

Pada 1978, Nano mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, AS, selama 6 bulan.

Pada 1987 ia diundang sebagai peserta pada International Word Festival, 1987 di Autralia National University, Canberra, Australia.

Pada tahun berikutnya, dia diundang ke New Order Seminar, 1988, di tempat yang sama di Australia. Dan pada tahun 1996, menjadi partisipan aktif pada Session 340, Salzburg Seminar di Austria.

Dia membacakan makalah Teater Modern Indonesia di Universitas Cornell, Ithaca, AS, 1990, dan juga di di kampus-kampus di Sydney, Monash-Melbourne, Adelaide, dan Perth, 1992.

Pernah pula mengunjungi negara-negara Skandinavia, Inggris, Prancis, Belanda, Italia, Afrika Utara, Turki, Yunani, Spanyol, Jerman dan Tiongkok, 1986-1999.

Pernah menjabat sebagai Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (1985-1990).

Anggota Komite Artistik Seni Pentas untuk Kias (Kesenian Indonesia di Amerika Serikat), 1991-1992. Dan anggota Board of Artistic Art Summit Indonesia, 2004.

Juga konseptor dari Jakarta Performing Art Market/Pastojak (Pasar Tontonan Jakarta I), 1997, yang diselenggarakan selama satu bulan penuh di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Menulis dan menyutradarai 4 pentas multi media kolosal, yaitu Rama-Shinta (1994), Opera Mahabharata (1996), Opera Anoman (1998), dan Bende Ancol (1999).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini