Namun di Australia tak mudah untuk bertemu psikolog apalagi hanya untuk sekedar riset. Akhirnya ia memutuskan untuk ikuti tes dari klinik tersebut.
"Aku sempat datang ke psikolog, kalau di Australia kan harus ada surat pengantar jadi sempet ditanya-tanya dulu, saya sempet bingung mau jawab apa karena ini cuman buat pencarian karakter," tutur Acha Septriasa di kawasan Kemayoran Jakarta Selatan, Rabu (1/3/2023).
"Akhirnya saya minta dites juga apakah saya berhak dan perlu psikolog, saya dikasih 10 pertanyaan dan saya jawab semua dengan apa adanya," lanjut Acha.
Selama ini Acha merasa tak butuh sosok psikolog untuk jadi teman curhatnya, akan tetapi hasil tesnya mengatakan sebaliknya.
Emosi dan pola pikir Acha yang selalu merujuk pada sebuah peran membuat Acha merasa perlu lebih mengenal emosi personalnya.
"Ternyata hasilnya saya perlu ke psikolog, film ini bawa saya ke psikolog dan menyadari bahwa saya perlu ke psikolog," ujar Acha Septriasa.
"Tanpa aku sadari setiap aku bermain film atau merasakan suatu aku jadi mikir ‘bagus nih buat di film’, emosi aku jadi orientasi untuk film dan ternyata gak baik," ungkapnya.
Akhirnya Acha jalani konsultasi pada psikolog untuk pertama kalinya dan ia merasakan banyak hal positif yang didapati usai jalani konsultasi.