TRIBUNNEWS.COM - Sutradara In the Name of God: A Holy Betrayal sebut kultus JMS 10 kali lebih buruk dari yang terlihat dalam dokumenter.
Serial dokumenter Korea terbaru Netflix, In the Name of God: A Holy Betrayal tengah jadi berbincangan hangat warganet.
In the Name of God: A Holy Betrayal mengangkat tentang empat kultus aliran sesat di Korea.
Total ada delapan episode dalam In the Name of God: A Holy Betrayal.
Dalam serial tersebut, para korban yang terkena dampak kejahatan para pemimpin kultus memberikan kesaksiannya.
Sutradara sekaligus produser In the Name of God: A Holy Betrayal, Cho Sung Hyun, menceritakan pengalamannya dalam membuat dokumenter ini.
Baca juga: Link Nonton In the Name of God: A Holy Betrayal, Ungkap Kisah Pemimpin Kultus Sesat di Korea Selatan
Mengutip laman Koreaboo, Cho Sung Hyun mengungkap alasan ide pembuatan In the Name of God: A Holy Betrayal muncul.
Rupanya, Cho Sung Hyun mengenal banyak orang yang terpengaruh oleh aliran sesat.
“Sejak saya masih muda, banyak orang di sekitar saya yang menjadi korban aliran sesat," kata Cho Sung Hyun.
"Setelah saya mulai membuat dokumenter, topiknya hampir seperti pekerjaan rumah bagi saya,” sambung Cho Sung Hyun.
Setelah bertahun-tahun mempelajari dan mengamati sekte-sekte ini, dia mengusulkan untuk membuat serial dokumenter tentang kultus sesat ke Netflix.
Adegan pertama In the Name of God: A Holy Betrayal menampilkan cuplikan wawancara dengan Maple Yip.
Maple Yip adalah korban dari kultus Christian Gospel Mission (JMS).
Dalam 10 menit pertama, penonton disuguhkan dengan pengakuannya bahwa Maple Yip dilecehkan secara seksual oleh pemimpin JMS, Jeong Myeong Seok.