“Aku suka dari kemampuan dan eksistensi mereka. Mereka itu fokus dengan genre Classic Disco dari awal berkarir. Jadi sudah paham betul dengan flow music selection yang disukai audience dan penempatan waktu dari urutan persembahan lagu-lagu yang diputar saat perform DJ,” papar Dina.
Keberadaan musik DJ di Indonesia, kata Dina, cukup dinamis dan berkembang. Muncul berbagai genre baru, seperti Future House, dan khususnya musik-musik EDM yang lebih bervariasi. Jenis musik tersebut memang sedang naik daun setidaknya dalam satu dekade terakhir.
“Proses penciptaan tidak pernah stagnan dalam kehidupan. Dinamisnya kehidupan menjadikan seni sebagai upaya pencarian diri untuk aktif berkreasi menciptakan berbagai karya,” kata seniman yang juga konsultan hukum ini.
Di industri hiburan di Indonesia Dina Subono bukan orang baru. Sebelum terjun sebagai sutradara, penyandang gelar akademik S2 Magister Kenotariatan lulusan Universitas Pancasila Jakarta ini, mengawali karirnya sebagai pemain film dan sinetron.
Selain Disc Jockey (DJ), ia juga produser, dan aktris film. Salah satu film yang pernah dibintanginya adalah film layar lebar ’Ayu Anak Titipan Surga’ produksi tahun 2015. Dina berperan sebagai Bu Susi dalam film tersebut.
Ia baru saja menyelesaikan shooting film ‘Cintanya Cinta Raga.’ Film ini merupakan nukilan kedua selepas film pendek yang disutradarainya bertajuk 'Tiga Mata' yang film pertamanya tersebut masuk dalam jajaran The Top 60 Finalists Indonesian Short Film Festival (ISFF) SCTV 2016.
Keseriusan Dina Subono di dunia seni sehaluan dengan ketekunannya di berbagai profesi. Ia seorang pemusik, pembuat film, penggiat seni teater, sekaligus konsultan hukum dan pengusaha muda yang gigih.
Semua sektor seni baginya adalah media ekspresi. Ruang kontemplasi sebagai hal mendasar yang dapat memberi impresi terhadap jiwa. Menciptakan sesuatu yang indah, baik pemikiran, tindakan, dan karya. Mengisi hidup lebih bermakna.
Di dunia hukum dan bisnis, Dina Subono ingin membela hak masyarakat menegakkan keadilan. Membangun kekuatan ekonomi berkeadilan guna membantu orang yang lemah.
“Seni, keadilan, dan kemaslahatan. Kebenaran mewujud dalam relasi dengan sesama dan dalam keutuhan ciptaan-Nya. Kembali pada hakikat manusia yang paling mulia. Memanusiakan manusia dalam hubungan bermartabat,” jelas Dina Subono.