Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai institusi pendidikan, universitas memiliki tanggung jawab bukan hanya untuk melahirkan insan-insan akademik yang cakap, tetapi juga untuk memberikan kontribusi nyata terhadap keberlanjutan peradaban manusia.
Salah satu agenda global yang menjadi perhatian besar adalah Sustainable Development Goals (SDGs), yang dirancang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai peta jalan pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2030.
Hal ini dikatakan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Asep Saepudin Jahar MA PhD yang menyampaikan orasi ilmiah berjudul Responsibilitas Institusi Pendidikan Tinggi Islam dalam Harmonisasi Percepatan SDGs yang dibacakan H. Muhajirin Tohir, SH, MH Sekretaris Umum YPPIC saat wisuda Universitas Ibnu Chaldun program Sarjana dan Magister tahun akademik 2023 – 2024 di Puri Ardhya Garini Jakarta Timur, Kamis, (28/11/2024).
Acara wisuda diikuti oleh Wakil Presiden ke 13 Republik Indonesia, KH Ma’ruf Amin melalui video conference, seluruh Dekan Fakultas, Ketua Program Studi, serta jajaran pimpinan universitas, termasuk Rektor UIC, Dr. Rahmah Marsina, SH, MH, didampingi Ketua Yayasan Pembina Pendidikan Ibnu Chaldun (YPPIC), Dr. Dr. H. Edy Haryanto, S.H., M.H
Saat prosesi wisuda 294 wisudawan dari 8 program studi strata 1 dan program Magister Hukum ini hadir pula Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah III Prof. Dr. Toni Toharudin, S.Si., M.Sc dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Asep Saepudin Jahar MA PhD yang menyampaikan orasi ilmiah.
Asep mengatakan, Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, memiliki nilai-nilai yang secara inheren mendukung tujuan SDGs, seperti pengentasan kemiskinan (eradication of poverty), pengelolaan sumber daya alam yang adil dan lestari, hingga pembangunan perdamaian global,” ujar Prof Asep."
"Institusi pendidikan tinggi Islam dapat memberikan kontribusi strategis dalam harmonisasi percepatan SDGs melalui tiga pilar utama Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat," katanya.
Untuk itu, pendidikan tinggi Islam harus merancang kurikulum yang integratif, menggabungkan nilai-nilai keislaman dengan isu-isu global.
"Perguruan tinggi Islam di Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun kesadaran kritis mahasiswa terhadap isu lingkungan, kesetaraan gender, dan keadilan sosial melalui pendekatan berbasis nilai agama,” katanya.
Kepala LLDikti Wilayah III, Prof. Dr. Toni Toharudin, S.Si., M.Sc mengungkapkan bahwa data dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, hanya 6 persen penduduk Indonesia yang telah berhasil mengenyam pendidikan tinggi dari total populasi 275,36 juta jiwa pada Juni 2022.
Meskipun tenaga terdidik lulusan perguruan tinggi terus mengalami peningkatan, namun penting dicatat bahwa tingkat keterserapan lulusan masih menyisakan masalah.
Saat ini kita dihadapkan dengan situasi di mana populasi sarjana menjadi kelompok yang turut menyumbang angka pengangguran cukup tinggi.
“Data terbaru BPS memperlihatkan pendidikan tinggi menyumbang angka pengangguran terbuka sebesar 9,39 persen (terbesar kedua setelah lulusan SMK yang menyumbang 9,42 persen),”.