News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Film Memori Air di JAFF 2024 Terinsipirasi dari Kisah Anak yang Alami Trauma dan Kehilangan

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Film pendek berjudul ‘Memori Air’ (The Water Fairy) karya sutradara Imam Syafi'i menjadi salah film yang menjadi sorotan dalam Jogja Netpac Asian Film Festival atau JAFF 2024

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Film pendek berjudul ‘Memori Air’ (The Water Fairy) karya sutradara Imam Syafi'i menjadi salah film yang menjadi sorotan dalam Jogja Netpac Asian Film Festival atau JAFF 2024

Memori Air menceritakan tentang kisah pertemanan dua orang anak yang mengalami perubahan drastis setelah insiden traumatis.

Baca juga: JAFF ke-19 Kembali Digelar, Usung Tema Metanoia, Hadirkan 180 Film dari 25 Negara Asia Pasifik

Banyu trauma karena menyaksikan kematian sahabatnya Dhika.

Banya terus kembali ke umbul tempat kejadian mencari cara untuk membebaskan dirinya dari rasa bersalah, kesedihan, dan tuduhan dari ibu Dhika.

Cerita film pendek ini terinspirasi dari kisah nyata yang dialami oleh orang terdekat dari pembuat film.

Imam Syafi’i menjelaskan, film pendek ini  ingin menunjukkan pentingnya peran orangtua sebagai pendengar dan pemberi dukungan yang empatik ketika anak menghadapi masalah.

"Ini merupakan kisah yang cukup personal bagi saya dan ingin saya angkat pesannya," kata dia ditulis di Jakarta, Senin (9/12/2024).

Produser Thea Filisa menambahkan film ini menceritakan tentang perseteruan atau struggle yang dirasakan seorang anak ketika mengalami trauma kehilangan. 

“Kami ingin menunjukkan bahwa ketika ada kejadian seperti ini, anak juga memiliki perspektif sendiri yang berbeda dengan orangtua. Bagaimana mereka memproses kehilangan mungkin tidak dapat langsung kita pahami, namun sangat penting untuk diberi waktu dan pemahaman agar mereka bisa menghadapinya dengan baik di usia tersebut.”

Film yang direkam di Klaten ini membawa nuansa budaya dan alam Jawa.

Menggunakan bahasa Jawa dalam dialog dan kisahnya, penonton akan menemukan beberapa elemen tradisional Jawa yang berbau mistis.

Pencipta ini juga menekankan pentingnya peran Kementerian serta mentor dari Layar Indonesiana.

“Kami merasa terhormat dan bersyukur menjadi salah satu dari 10 finalis yang terpilih oleh Kementerian Kebudayaan diantara ratusan proposal film yang masuk. Tidak hanya dari segi dana, namun juga networking dan akses kepada mentor-mentor expert yang memberikan banyak masukan positif dan konstruktif semenjak hari pertama”, tambah Thea.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini