TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sukses yang digapai rider Jatim di pentas 'dressage' dan 'show jumping' seri kejurnas EQINA 'Jateng Classic' setidaknya makin membuat apa yang dilakukan Jatim harus lebih diwaspadai. Baru di 'Jateng Classic' Jatim menurunkan 'tim' dengan materi lebih lengkap.
Pada 'event' EQINA sebelumnya, hanya dua atau tiga 'rider' yang turun, itu pun atas nama klub. Apalagi, Jatim sebelumnya lebih dikenal sebagai salah satu basis atau barometer kuda pacuan.
Baru setelah Ketua Harian KONI Jatim Dhimam Abror Djuraid turun tangan, melakukan perekrutan rider dan kuda equestrian, Jatim tampaknya harus diperhitungkan. Kedepannya, Jatim harus menjadi salah satu sentra equestrian nasional. Itulah yang didengungkan oleh Singky Soewadji, pimpro berkuda Jatim.
Karena itu, apa yang digapai para 'rider' Jatim di Jateng Classic tidak bisa disebut sudah sangat memuaskan. Dari pentas tunggang serasi dan lompat rintangan hari pertama, Sabtu, Jatim sudah mengoleksi 2 Emas, 3 Perak dan 1 Perunggu William Sunjaya, Higins Roring dan Albert Londa adalah tiga penyumbang emas.
Menyikapi sukses para ridernya, Singky Soewadji menyatakan bahwa hal itu belum bisa dianggap suatu keberhasilan. "Mereka yang turun di Salatiga masih taraf ikut mensukseskan dan tanpa target," tegasnya.
BELI PERALATAN
Walau sangat senang dengan pencapaian ridernya di 'Jateng Clasic', Singky justru lebih banyak berbicara tantangan yang dihadapi di depan dan antisipasi yang dilakukan Jatim. Terkait dengan itu, ia mengakui bahwa Rabu (16/10/2013) pagi akan terbang ke Singapura untuk menemui beberapa rider dan pelatih Indonesia yang dikontrak oleh klub-klub Singapura.
"Mereka akan saya tarik untuk perkuat Jatim, sekalian saya akan belanja perlengkapan dan kebutuhan kuda," paparnya, sembari mengirimkan dua lembar kuitansi bukti transfer senilai masing-masing Rp 614.945.000, dan Rp 250 juta. Jadi totalnya, Rp 864.945.000 juta.
Disinggung tentang perekrutan atlet, Singky menjelaskan, pengrekrutan atlet sudah 85% dari target 20 atlet.
"Diantaranya ada 10 atlet Indonesia yang sudah bertaraf Internasional. Empat diantaranya asal DKI, yang saat ini masih di Jerman,". urai Singky.
"Saya juga siapkan semua perlengkapannya, yang sebagian besar masih harus diimpor dari Jerman. Kebetulan adik kandung saya tinggal di Jerman, sudah 34 tahun," ungkap pengusaha kembang api terbesar di Jatim itu.
Setelah target perolehan 20 rider terpenuhi, kata Singky, baru terakhir kita cari dan beli kudanya.
"Jadi, terlalu dini kalau sekarang bicara soal prestasi Jatim. Apalagi kalau Jatim sudah dianggap momok bagi daerah lain," ujar Singky.
"Entahlah kalau tahun depan! Kita lihat saja nanti, masih lama, dan target Jatim nanti bukan hanya sampai di PON saja. Tugas saya menjadikan Jatim sebagai sentra Cabor berkuda di Tanah Air," tegas Singky.