Nadia Marciano Gaffar punya usulan berbeda. Pewaris APM Equestrian Centre & Boarding School ini justru merasa kurang sreg jika pentas equestrian Asian Games XVIII/2018 digelar di beberapa 'venues' yang saat ini sudah ada, termasuk APM.
"Kalau Arthayasa, Pegasus, atau APM itu khan milik perorangan. Kalau memang harus dilaksanakan pada sarana yang sudah tersedia, saya lebih setuju kalau alternatif utamanya adalah Denkavkud, Parompong. Fasilitas berkuda di Denkavkud itu milik negara, sehingga pertanggung-jawabannya lebih jelas," papar Nadia Marciano Gaffar, putri dari Triwatty Marciano yang pendiri APM Equestrian Centre & Boarding School.
Nadia juga usulan lain. Dengan mempertimbangkan pentas berkuda equestrian Asian Games XVIII/2018 itu digelar di Jakarta, ia lebih setuju jika tempat perlombaannya dilaksanakan di tengah-tengah kota sehingga mudah diakses masyarakat. Misalnya, di salah satu sudut Monas. Bagaimana caranya?
"Tempat perlombaannya dibuat secara knock-down, lengkap dengan beberapa fasilitas pendukung, termasuk untuk pekerja media," tutur Nadia.
Di luar negeri, tempat pementasan equestrian dengan sistem 'knock-down' itu sudah lazim. Menurut Nadia, biaya yang diperlukan untuk pementasan 'in-door' atau 'out-door' di tengah kota seperti itu jauh lebih ringan dibanding membuat venues baru.
"Venues-venues equestrian yang ada sekarang ini semuanya relatif masih agak sulit dijangkau oleh masyarakat luas. Saya pribadi mengharapkan adanya perlombaan equestrian yang berada di episentrum, di tengah kota, sehingga bisa disaksikan oleh masyarakat luas," ungkap sarjana Administrasi Berkuda dari satu perguruan tinggi di AS itu. (tb)