TRIBUNNEWS.COM, WIMBLEDON - Mantan petenis peringkat satu dunia Caroline Wozniacki memberikan es kopi kepada para penonton yang tersengat matahari yang mengantre untuk dapat masuk.
Wozniacki memberi es kopi setelah Wimbledon hari itu dihajar suhu terpanas sepanjang sejarah penyelenggaraan turnamen.
Kantor Nasional Metropolitan layanan cuaca Beritanya mengatakan suhu udara mencapai 35,7 derajat celcius seperti yang tercatat di Royal Botanic Gardens di Kew -- stasiun terdekat dari All England Club.
Catatan itu melampaui rekor sebelumnya yakni 34,6 derajat celcius yang terjadi pada hampir empat dekade silam yakni 1976.
Meski demikian, tidak ada keringat untuk keluarga kerajaan.
Atap geser di Centre Court segera ditutup sebelum pertandingan dimulai untuk melindungi lapangan rumput dari panas matahari, namun dibuka kembali sebelum juara bertahan Novak Djokovic memainkan pertandingannya.
Para ofisial Wimbledon hanya menutup atap saat permainan untuk alasan hujan atau cuaca buruk.
Bagaimanapun, atap yang ada sudah cukup untuk menjaga royal box tetap berada di bawah bayang-bayang, di mana presiden All England Pangeran Edward, The Duke of Kent, bergabung dengan para tamu dan undangan.
Pada Lapangan 18, petenis Prancis Pierre-Hugues Herbert duduk dengan handuk yang diisi es pada bahunya saat istirahat pada pertandingannya melawan Bernard Tomic, yang merasa kepanasan dan terganggu.
"Saya kelelahan dan mulai pusing di luar sini dengan panas yang menghantam saya," kata petenis Australia itu, yang memerlukan medical time out untuk dapat menyelesaikan pertandingan.
"Saya tidak dapat tidur dengan baik di sini. Ini terlalu panas."
Bagaimanapun, sejumlah petenis mengatakan mereka telah terbiasa dengan cuaca seperti ini di tur dunia dan di markas latihan mereka.
"Ini sedikit lebih hangat daripada tempat tinggal saya," kata mantan juara Maria Sharapova yang bermarkas di Florida.
"Ini bahkan dapat menjadi lebih buruk di Florida," kata petenis AS John Isner mengonfirmasi.