TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Lolosnya Adi Katompo ke putaran-final FEI World Jumping Challenge 2016, 22-24 April mendatang di Rabat, Maroko, sebenarnya sudah diperkirakan dari awal.
Rider bernama lengkap Kurniadi Mustopo ini mengungguli beberapa pesaingnya yang lebih muda di FEI World Jumping Challenge seri Indonesia, yang digelar November 2015 di APM Equestrian Centre, Tigaraksa, Tangerang.
Adi Katompo bukan sekadar lebih memahami tingkat kesulitan dari track di APM Equestrian Centre--karena sehari hari ia memang berlatih di sana. Akan tetapi, karena Adi Katompo secara keseluruhan memang lebih siap mental dibanding para pesaingnya.
Dia juga lebih matang karena jauh lebih banyak mengenyam pengalaman tanding, terutama di tingkat regional dan global.
Oleh karena itu Adi Katompo lebih dunggulkan dibanding kompetitor lainnya. Salah satu pesaing beratnya saat itu adalah Brayen Brata-coolen, andalan Aragon Horse Racing & Equestrian Sports, Lembang. Brayen dinilai lebih berani.
Namun demikian, pada akhirnya kesiapan dan kematangan mental juga yang turut menentukan.
Walau turun bukan dengan kuda spesialisasinya, yakni APM Levisto Big Boy, Adi Katompo mengungguli dua seteru beratnya, yakni Raymen Kaunang (Pegasus) dan Brayen Brata-coolen (Aragon). Kuda tunggangan Adi Katompo yang lebih energik adalah APM Nastello.
Adi Katompo memenangi kategori A yang menjadi nomor utama dari FEI World Challenge itu dengan mencatat nilai tertinggi, 35, dari tiga ronde yang dilangsungkan. Kategori A adalah kelas 130 cm.
Dalam klasemen umum tiga ronde Adi Katompo mengungguli Raymen Kaunang (Pegasus/27) dan Brayen Brata Coolen (Aragon/26).
Adi yang berpasangan dengan APM Levisto Big Boy, menempati posisi ke-4 pada ronde pertama, kemudian di posisi pertama pada ronde kedua dan ketiga. Secara umum dia tampil lebih konsisten dan fokus, ditunjang oleh pengalaman dan jam terbangnya yang lebih meyakinkan. tb